“Saat ini kami melakukannya secara nasional, dan melakukannya dalam skala yang lebih besar adalah sesuatu yang juga akan saya dukung dan promosikan,” lanjutnya.
Pasokan amunisi yang menipis menjadi perhatian besar saat ini dengan pasukan Ukraina dan Rusia membakar puluhan ribu peluru artileri setiap harinya. Meski Ukraina menembakkan amunisi pada tingkat yang lebih efisien, namun penggunaannya lebih cepat daripada yang mampu diproduksi oleh Eropa.
Akibatnya, pemerintah AS dan Eropa berupaya meningkatkan produksi, baik untuk memasok Ukraina maupun untuk mengisi kembali stok mereka sendiri.
Mekanisme patungan akan didiskusikan, tetapi ada alternatif pendekatan bersama untuk investasi dan pembelian, kata Menteri Luar Negeri Estonia Urmas Reinsalu di konferensi tersebut.
Ia pun mengatakan bahwa sejumlah perusahaan menyambut baik usulan tersebut.
Menteri Luar Negeri Rumania Bogdan Aurescu, yang juga berada di Munich, menyebut gagasan itu “menarik,” meski mengatakan dia perlu mempelajari detailnya.
“Lebih efisien untuk melakukan upaya bersama,” kata Aurescu dalam sebuah wawancara.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mempertimbangkan pembelian amunisi bersama sebagai bagian dari seruannya untuk mempercepat pengiriman senjata ke Kyiv, menurut seorang ajudan.
Adapun Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan kepada wartawan di Munich bahwa Polandia mengorganisir koalisi, termasuk Estonia, untuk membiayai produksi amunisi untuk Ukraina.
Membuka konferensi pada Jumat (17/02/2023), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menjelaskan dalam pidato yang disiarkan langsung bahwa mempercepat pengiriman menjadi prioritas dalam upaya negara untuk menangkis serangan baru Rusia di timur dan selatan negara itu.
Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas pun mengangkat isu mengenai kebutuhan peningkatan kapasitas industri pertahanan Eropa.
“Rusia memproduksi dalam tiga shift. Mengapa industri pertahanan Eropa tidak melakukan hal yang sama?” tanyanya di Munich.
--Dengan asistensi Ania Nussbaum.
(bbn)