Budi Karya menyebut salah satu perusahaan perbankan pelat merah telah menyatakan komitmen untuk berpartisipasi menyediakan layanan angkutan pengumpan LRT Palembang.
Angkutan penumpang yang dimaksud bukanlah angkutan kota (angkot) atau bus kota seperti pada umumnya.
“Akan datang sumbangan dari Bank Mandiri. Melalui program CSR-nya, mereka akan memberikan angkutan feeder, tetapi bentuknya unik seperti angkutan feeder Jeepney yang ada di Kota Manila, Filipina,” ucap Budi.
Dia menginginkan angkutan pengumpan ini memiliki keunikan, sehingga dapat menjadi ikon baru Palembang yang menarik perhatian masyarakat untuk menggunakannya.
Selain itu, harapannya, makin banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Kota Pempek.
“Palembang sudah terkenal dengan makanannnya yang enak, dan sekarang kita harus membuat angkutan feeder yang unik agar dapat memberikan pengalaman yang berkesan bagi masyarakat di Palembang maupun pendatang,” tuturnya.
Dia juga berharap dalam waktu enam bulan ke depan, penambahan layanan angkutan pengumpan unik di Palembang sudah bisa diimplementasikan. Dengan demikian, target 4 juta penumpang LRT Sumsel per tahun yang ditetapkan oleh Kemenhub dapat tercapai.
Menyitir data Kemenhub, pada 2019 jumlah penumpang LRT Sumsel mencapai 2,6 juta orang. Sempat menurun pada 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19, jumlah penumpang LRT Sumsel saat itu hanya sekira 1,5 juta penumpang.
Kemudian, pada 2022, jumlah penumpang LRT Sumsel kembali melonjak menjadi 3 juta lebih.
"Sejak diluncurkan pada 2018, perkembangan LRT Sumsel luar biasa. [...] Tahun ini, kami harapkan [penumpangnya] naik signifikan menjadi 4 juta orang per tahun,” tutur Budi.
Saat ini jumlah angkutan feeder LRT Sumsel (Angkot Feeder Musi Emas) yang telah beroperasi mencapai sebanyak 51 unit, yang tersebar di tujuh rute dan beroperasi mulai pagi hingga malam hari dari pukul 05.00—19.16 WIB.
Angkutan feeder saat ini memilik tujuh rute perjalanan, yakni:
1. Koridor 1 (Talang Kelapa—Talang Buruk)
2. Koridor 2 (Asrama Haji—Sematang Borang)
3. Koridor 3 (Asrama Haji—Talang Betutu)
4. Koridor 4 (Stasiun Polrestabes—Perumahan OPI)
5. Koridor 5 (Stasiun DJKA—Tegal Binangun)
6. Koridor 6 (Stasiun RSUD—Sukawinatan)
7. Koridor 7 (Bukit—Stadion Kamboja via Stasiun Sriwijaya).
Target Jakarta
Pada perkembangan lain, proyek perkeretaapian yang berada di DKI Jakarta dan sekitarnya juga tidak kalah dikebut. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menargetkan LRT Jabodetabek dan kereta cepat Jakarta—Bandung akan beroperasi sekitar Juni atau Juli 2023.
Dalam jumpa pers usai uji coba LRT akhir Desember, Presiden mengatakan progres pengerjaan proyek LRT Jabodetabek sudah 87%, sedangkan uji cobanya sendiri diklaim sudah "nyaman, cepat, dan lancar".
"Depo masih harus diselesaikan dan ada beberapa hal kecil terkait dengan sinkronisasi sistem," ujar Kepala Negara.
Dengan LRT, jarak Stasiun Harjamukti di Depok ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur hanya menelan 12 menit, mempersingkat waktu tempuh dari Jakarta ke kota-kota satelitnya.
Ketika beroperasi penuh, Jokowi mengharapkan sistem lokomotif tunggal nirawak ini dapat mengangkut 420 penumpang, sedangkan deponya memiliki kapasitas untuk menangani 500 penumpang.
Menurut catatan Kemenhub, LRT Jabodetabek memiliki kapasitas maksimal 700 penumpang, dengan rata-rata perjalanan 400 wahana yang akan terhubung dengan beberapa sistem angkutan umum.
Sebagai proyek strategis nasional (PSN), Kemenhub menilai LRT Jabodetabek dapat mengurangi kemacetan di Jakarta dan kota-kota satelitnya, antara lain Bogor, Depok, dan Bekasi.
(wdh)