"Negara dengan inflasi rendah cenderung memiliki mata uang lebih kuat, inflasi berfungsi sebagai sarana dan bukan tujuan akhir dalam menggunakan alat kebijakan moneter," kata Satria.
Ia menyoroti Gubernur Perry Warjiyo, yang memimpin BI sejak 2018, pernah mengerek bunga acuan secara agresif pada tahun-tahun awal kepemimpinannya melampaui level bunga the Fed. Meski saat itu tingkat inflasi domestik rendah. Tak lain karena desakan kebutuhan stabilisasi rupiah.
"Kami berpendapat, BI akan menaikkan bunga acuan 25 bps siang ini untuk menunjukkan komitmennya menjaga stabilitas nilai tukar, dengan sinyal melakukan pengetatan lebih lanjut jika diperlukan. Sejarah pasar keuangan mengingatkan kita bahwa bank sentral yang berada di belakang kurva dapat menjadi target bagi para penggiat obligasi dan valuta asing, yang tindakan kolektifnya mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar daripada yang diantisipasi oleh banyak pembuat kebijakan saat ini," jelas ekonom yang sejauh ini menjadi satu-satunya analis yang memperkirakan kenaikan BI7DRR menjadi 6%.
Bank Indonesia sudah menggelar pertemuan sejak kemarin dan akan mengumumkan hasil RDG pada siang nanti sekitar jam 2 siang.
Sejauh ini mayoritas ekonom yang disurvei oleh Bloomberg masih mempertahankan perkiraan bahwa Bank Indonesia akan kembali menahan bunga acuan di 5,75% untuk sembilan bulan berturut-turut.
Nilai tukar rupiah terperosok ke Rp15.848 sampai siang ini, sementara IHSG tergerus 0,7% dan gelombang jual di pasar surat utang juga marak terindikasi dari kenaikan yield hampir semua tenor. SUN tenor 10 tahun sampai saat ini menjadi satu-satunya yang mencatat penurunan yield, meski tipis 0,1% ke 6,82%.
(rui/aji)