Pada 2014, IHSG mencatat kenaikan hingga 14,13% sepanjang tahun. Namun, sebelum mencapai kenaikan itu, indeks cenderung melemah di mana pada akhir kuartal IV-2013, IHSG tercatat kehilangan 13,5% dibanding posisi akhir kuartal II-2013.
Tren mirip juga terlihat pada 2019 di mana setahun sebelum Pemilu, IHSG mengalami tekanan besar pada kuartal II-2018 dengan penurunan hingga 6,3% kebanyakan juga akibat tekanan global yang melemahkan rupiah. Indeks akhirnya berhasil rebound sehingga pada akhir kuartal I-2019, hitungan pekan sebelum Pemilu 2019 pada 17 April tahun itu digelar, IHSG sudah bertengger di 6.468, dan akhirnya berhasil ditutup tahun itu dengan penguatan year-to-date tipis sebesar 1,7%.
Risiko global sudah besar
Risiko ketidakpastian politik jelang Pemilu 2024 melengkapi tekanan pasar yang saat ini sudah cukup besar. Rupiah yang terseret hingga dekati Rp16.000/US$ memberi sinyal tekanan pasar pada Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat bunga acuan agar arus keluar modal asing bisa terjeda.
Sejak awal September, sedikitnya arus keluar modal asing dari pasar domestik terutama pasar surat utang sudah mendekati Rp30 triliun, berdasarkan data Kementerian Keuangan yang dikompilasi oleh Bloomberg.
Koalisi Indonesia Maju dengan bakal calon presiden Prabowo Subianto, yang disebut mendapat sokongan dari Presiden Joko Widodo secara tersamar, sejauh ini menjadi satu-satunya yang belum mendaftarkan calon presiden dan calon wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum. Prabowo cs belum mendaftar ke KPU karena masih sengitnya pertarungan menempatkan nama calon wakil presiden.
Sementara dua pasangan lain yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dari Koalisi Perubahan dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dari Koalisi yang dipimpin PDI Perjuangan, sudah mendaftarkan keikutsertaannya dalam kontestasi Pilpres 2024 hari ini, Kamis (19/10/2023).
Dalam pernyatan terakhir, Koalisi Indonesia Maju berniat mengumumkan cawapres Prabowo jelang penutupan masa pendaftaran pasangan capres-cawapres ke KPU pada 25 Oktober nanti. Bila akhirnya nama cawapres diumumkan, menurut analis, tidak ada jaminan ketidakpastian pasar akan terhenti begitu saja.
Terutama dengan kini posisi Jokowi dinilai lebih rentan sejurus dengan absennya tangan kanan RI-1 yakni Menko Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan yang masih jatuh sakit dan dalam masa pemulihan sampai batas waktu yang tidak pasti.
Ketidakpastian baru dari ranah politik ini melengkapi berbagai sentimen pemberat yang selama ini sudah membebani gerak pasar keuangan domestik. Kebijakan bunga acuan global yang telah menjadi beban sekian lama bagi pergerakan nilai tukar dan sering memicu turbulensi pasar sampai detik ini belum menemui titik terang yang 'tetap'.
Arus keluar pemodal dari pasar global bahkan semakin memuncak menyusul eskalasi konflik di Timur Tengah yang kian memanas. Harga minyak dunia diperkirakan bisa terbang memecah rekor US$ 150 per barel, berdasarkan perhitungan Bloomberg Economics, apabila konflik Gaza meluas ke Iran, sekutu Hamas.
Hari ini Rusia mengeluarkan pernyataan, bahwa konflik di Israel dan Palestina bisa berkembang menjadi perang regional atau bahkan global dalam skala penuh, menurut Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev dalam sebuah artikel untuk harian Izvestia, seperti dikutip Kantor Berita Rusia Tass, Kamis.
Harga minyak jenis Brent siang ini masih berada di atas US$ 90 per barel, sementara WTI sudah sedikit landai ke US$ 88,24. Sementara dua aset yang sering menjadi safe haven kala situasi ketidakpastian meningkat tajam yaitu emas dan dolar AS, sejauh ini masih melanjutkan kenaikan.
Komplikasi berbagai faktor itu membuat tekanan di pasar keuangan global dan efeknya merambat pula ke pasar domestik.
Sampai pukul penutupan sesi 1, IHSG ditutup melemah 0,74% dan rupiah bergerak menembus level terlemah di kisaran Rp15.852/US$ sampai pukul 13:11 WIB. Level itu menjadi posisi terlemah rupiah sejak April 2020 silam saat pandemi merebak. Sejak September saja, rupiah telah melemah 4% sejak awal September lalu.
(rui/aji)