Logo Bloomberg Technoz

Skandal MK, Sakit Luhut, Ketidakpastian Baru yang Bebani Pasar

Ruisa Khoiriyah
19 October 2023 14:40

Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Keputusan Mahkamah Konstitusi yang memberikan peluang lebih besar bagi Gibran Rakabuming, putra sulung Presiden Joko Widodo, untuk melenggang ke kancah Pilpres 2024, memicu kecaman besar dari berbagai elemen masyarakat.

Di mata pelaku pasar, kecaman yang mengemuka terutama dari elemen masyarakat sipil, lalu berpuncak pada sinyalemen 'pecah kongsi' antara Jokowi dan partai pengusungnya PDI Perjuangan dengan ditunjuknya Mahfud MD, Menko Polhukam saat ini, sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo, memicu ketidakpastian baru. 

"Dalam pandangan kami, kondisi ini tidak ideal bagi arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di masa mendatang karena ada ketidakpastian politik mengenai kelanjutan rencana pembangunan era Presiden Joko Widodo," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas, dalam catatannya untuk klien.

Investor akan cenderung defensif dengan mengurangi posisi mereka di pasar saham maupun surat utang, mengantisipasi tekanan jual yang diprediksi masih akan berlanjut setidaknya sampai ada kepastian baru di politik. 

Sejatinya, secara historis, pelaku pasar keuangan memang cenderung bersikap defensif menjelang hajat besar seperti Pemilu. Berkaca pada sejarah, pergerakan pasar saham setahun sebelum gelar Pemilu 2014 dilangsungkan pada 9 Juli 2014, juga terombang-ambing ketidakpastian dengan pelemahan IHSG. Namun, begitu peta perpolitikan sudah lebih jelas dan hasil Pemilu diumumkan, indeks langsung terbang.