“Dengan bertambahnya kapasitas produksi gas, Tangguh akan memegang peranan penting dalam menjawab kebutuhan energi gas di Indonesia yang terus bertambah. Total produksi gas dari Tangguh kini mencapai lebih dari sepertiga produksi gas nasional,” kata Dwi.
Di luar tambahan Train LNG baru, proyek pengembangan Tangguh juga mencakup konstruksi dua anjungan lepas Pantai, 13 sumur produksi, fasilitas pemrosesan LNG, serta infrastruktur pendukung lainnya.
Sekadar catatan, proyek Tangguh Train 3 sempat diadang pandemi Covid-19 dan membutuhkan waktu 6,5 tahun untuk penyelesaiannya, setelah mendapatkan persetujuan akhir investasi pada 2016.
Menurut SKK Migas, pada puncak konstruksi, terdapat lebih dari 13.500 pekerja yang terlibat dalam konstruksi proyek yang terletak di wilayah terpencil ini dan sebanyak 155 juta jam kerja telah dihabiskan untuk merampungkan proyek.
EVP Gas and Lowcarbon Energy BP, Anja-Isabel Dotzenrath, mengatakan Tangguh Train 3 telah beroperasi dengan aman, hal ini menandakan fase baru untuk Tangguh LNG dan ini merupakan capaian yang amat membanggakan untuk bp dan juga para mitra Tangguh.
“Membangun bisnis gas/LNG adalah strategi kami untuk bertransformasi menjadi perusahaan energi terpadu, yang berinvestasi ke sistem energi hidrokarbon dan kepada pembangunan bisnis rendah karbon yang baru," jelas Anja.
Sebagian gas yang diproduksi oleh Tangguh Train 3 akan didedikasikan kepada elektrifikasi di Papua Barat dan untuk melanjutkan pengembangan pekerja Tangguh dari Papua dari 73% sampai 85% pada 2029.
(ibn/wdh)