Gelombang jual di pasar surat utang tak terhenti dengan yield semua tenor terus merangsek naik dengan SUN tenor 10 tahun sudah di 6,83%. Namun, lonjakan imbal hasil surat utang Amerika yang lebih dramatis terakhir terpantau di kisaran 4,94%, membuat selisih imbal hasil antara dua negara semakin sempit.
Alhasil, yield spread surat utang AS dan Indonesia hanya berjarak 191 bps. Ini menjadi sinyal gelombang jual bakal masih tinggi hingga selisih surat utang bisa kembali kompetitif di kisaran 300-350 bps.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, arus keluar modal asing dari pasar obligasi Indonesia sudah mencapai US$ 618 juta hanya di Oktober saja, angka itu setara dengan Rp9,79 triliun. Sementara pada September saja nilai capital outflow sudah US$ 1,1 miliar, setara Rp17,42 triliun. Alhasil, sedikitnya dana asing sudah hengkang Rp27,21 triliun sejak September.
Aksi jual juga melanda pasar saham dengan Indeks Harga Saham Gabungan tergerus 0,8% ke 6.871 jelang siang ini.
Bank Indonesia akan menghadapi kepelikan yang kian tinggi dengan nilai rupiah semakin tersudut berbagai sentimen negatif yang alih-alih terjeda, justru semakin memuncak. Menggelar Rapat Dewan Gubernur sejak kemarin, siang nanti hasilnya akan diumumkan.
Akankah tekanan pelemahan rupiah yang semakin massif belakangan tertekan arus keluar modal asing dari pasar keuangan domestik, akan mendorong Bank Indonesia akhirnya berbalik arah menaikkan bunga acuan?
Hasil konsensus 31 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sampai saat ini masih memperkirakan BI akan kembali mempertahankan bunga acuan BI7DRR untuk kesembilan kali berturut-turut di level 5,75%.
Namun, sebagian ekonom menyoroti adanya risiko yang tidak bisa diabaikan bila BI tetap berkukuh mempertahankan bunga acuan dan melanjutkan strategi intervensi langsung demi menjaga rupiah.
"Preferensi BI yang terus berlanjut dengan memilih intervensi valas ketimbang mengerek suku bunga acuan bisa menempatkan perekonomian pada risiko mengalami "defisit likuiditas ganda" yang disebabkan oleh penurunan jumlah uang beredar baik valas maupun rupiah," jelas Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, yang memperkirakan BI akan mengerek bunga acuan ke 6% dalam RDG bulan ini.
(rui/aji)