Walau turun, tetapi harga minyak masih bertahan di level tinggi. Sebab, tensi di Timur Tengah masih tinggi, konflik Israel dengan kelompok Hamas belum reda.
Bahkan konflik mulai meluas, melibatkan negara-negara lain. Iran, misalnya, mengusulkan agar Israel dikenai sanksi embargo minyak karena gempurannya ke Jalur Gaza yang membuat banyak warga kehilangan nyawa.
“Krisis regional sepertinya menjadi hal yang sangat mungkin terjadi. Terutama saat Israel masih ngotot untuk melancarkan serangan darat guna menghancurkan Hamas,” sebut riset RBC Capital Markets LLC seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), minyak memang masih bullish. Untuk Brent, Relative Strength Index (RSI) ada di 54,42.
RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang di posisi bullish.
Akan tetapi, seperti yang terjadi saat ini, kenaikan yang sudah tajam membuat harga minyak rentan mengalami koreksi teknikal. Untuk Brent, target koreksi terdekat ada di US$ 90,61/barel. Jika tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi ke US$ 88,52/barel.
Untuk WTI, nilai RSI ada di 51,09. Seperti halnya Brent, ada di zona bullish.
Juga seperti Brent, harga WTI rawan terkoreksi karena sudah naik tinggi. Target koreksi terdekat adalah US$ 86,49/barel. Penembusan di titik ini bisa membuat harga turun lagi ke US$ 85,45/barel.
(aji)