Kabar dari Jepang menjadi sentimen negatif bagi harga batu bara. Data Kementerian Keuangan Jepang menyebut impor batu bara termal untuk pembangkit listrik pada September tercatat 8,42 juta ton. Angka itu turun 11% dibandingkan September tahun lalu.
Sejak awal tahun fiskal 2023 yang dimulai April hingga September, impor batu bara Negeri Matahari Terbit adalah 46,21 juta ton. Turun 18,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sekaligus jadi impor sumber energi primer dengan penurunan terdalam.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian, batu bara memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 31,04.
RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Namun kini RSI batu bara sudah di atas 30, yang artinya tidak lagi berstatus jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, prospek kenaikan harga batu bara menjadi terbuka. Target kenaikan terdekat ada di US$ 142,4/ton. Jika tertembus, maka target selanjutnya adalah US$ 149,16/ton.
Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 177,5/ton.
(aji)