Harga gula mentah berjangka mendekati level tertinggi sejak 2011 karena kekhawatiran akan berkurangnya pasokan dari India dan Thailand. Meskipun pelarangan tersebut dapat menurunkan harga dalam negeri India, hal ini merupakan pukulan bagi produsen global untuk berbagi produk, mulai dari minuman berkarbonasi hingga cokelat dan produk roti.
Pemerintah India tidak mau mengambil risiko terkait inflasi. Beberapa negara bagian akan mengadakan pemungutan suara dalam beberapa bulan mendatang menjelang pemilihan nasional pada 2024, ketika Perdana Menteri Narendra Modi akan mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga.
Negara ini mencatat musim hujan terlemah dalam lima tahun terakhir, dan setiap penurunan produksi pertanian akan menambah tekanan pada otoritas untuk mengendalikan harga pangan.
"Saya sangat ragu pemerintah akan mengizinkan kuota ekspor apa pun pada musim ini karena produksi diperkirakan akan lebih rendah tahun ini akibat kurangnya curah hujan di daerah pertumbuhan utama," kata Kona Haque, kepala riset komoditas di ED&F Man.
Menurut Asosiasi Pabrik Gula India, produksi gula India diperkirakan akan turun 3,4% dari tahun sebelumnya menjadi 31,68 juta ton dalam tahun yang dimulai pada 1 Oktober.
Pembatasan ini tidak berlaku untuk gula yang diekspor ke Uni Eropa dan AS di bawah beberapa sistem kuota, menurut pemberitahuan tersebut.
Menurut data yang dikompilasi oleh kementerian pangan, harga gula dalam negeri telah naik sekitar 3% sepanjang tahun ini. Pemerintah secara tidak langsung mengendalikan biaya karena mengatur volume yang dapat dijual oleh pabrik penggilingan setiap bulannya.
Menurut survei Bloomberg yang melibatkan 14 analis, pedagang, dan pabrik penggilingan pada bulan lalu, sebagian besar mengatakan India mungkin tidak akan mengekspor gula apa pun musim ini karena produksi yang lebih rendah. Dua responden mengatakan total pengiriman bisa mencapai setidaknya 2 juta ton.
India juga membatasi pengiriman gula organik, sesuai dengan pemberitahuan tersebut.
(bbn)