Adapun, perincian kebutuhan investasi hingga 2040 tersebut antara lain untuk membangun pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 30,9 MW, yang diperkirakan menelan biaya Rp1.200 triliun.
Lalu, pembangunan transmisi, distribusi, dan juga smart grid solar panel berkapasitas 27,7 GW dan 18,537 kilo meter sirkuit (kms) dengan total investasi Rp800 triliun.
PLN sendiri sebelumnya telah menetapkan target rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) yang mencakup target bauran EBT sebesar 60 GW atau 75% dari total penambahan pembangkit listrik perseroan hingga 2040.
Target itu salah satunya meliputi pembatalan sebesar 1,3 GigaWatt (GW) perjanjian pembelian tenaga listrik atau power purchase agreement (PPA) dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara, terutama yang berasal dari produsen listrik swasta atau independent power producer (IPP).
Dalam kaitan itu, Suroso mengatakan, PLN telah mengalihkan pembelian kepada industri yang berbasis energi hijau. "Itu sudah bisa diserap oleh pengembangan PLTA atau PLTP yang ada, ditambah PLTS."
(ibn/wdh)