Bloomberg Technoz, Jakarta – Asosiasi Pertambangan Indonesia menilai permintaan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk tetap dibolehkan mengekspor konsentrat tembaga selepas tenggat Mei 2024 sebagai hal yang lumrah, dalam kapasitasnya sebagai investor smelter.
Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Djoko Widajatno menjelaskan proyek smelter tidak bisa diberikan tenggat hanya berdasarkan periode selesainya pembangunan fisik pabrik.
“Untuk PT Freeport Indonesia, [permintaan relaksasi ekspor lagi] dikarenakan smelter dan refinery itu tidak bisa langsung beroperasi dengan kapasitas produksi 100% [begitu selesai dibangun]. Mesin perlu pemanasan terlebih dahulu. Jadi, relaksasi itu bisa dipahami, sambil menunggu mesin bisa beroperasi dengan kapasitas 100%,” ujarnya, Rabu (18/10/2023).
Tidak Pilih Kasih
Dia pun berpendapat permintaan relaksasi ekspor konsentrat tembaga oleh Freeport tidak akan bersifat diskriminatif bagi pengusaha sektor pertambangan mineral lain – seperti bijih nikel (nickel ore) dan bauksit yang telah dicuci (washed bauxite) – yang sudah lebih dahulu dilarang mengekspor barang mentah atau setengah jadi sesuai tenggat.
Sekadar catatan, bijih nikel sudah sudah resmi dilarang untuk pasar ekspor sejak 1 Januari 2020, sedangkan bauksit yang telah dicuci dilarang untuk dijual ke luar negeri sejak 10 Januari 2023. Masing-masing sesuai dengan tenggat yang diinginkan pemerintah.
Sementara itu, konsentrat tembaga sedianya dilarang ekspor mulai Juni tahun ini, bersamaan dengan washed bauxite. Namun, saat itu Freeport meminta ‘penundaan’ lantaran proyek smelter katoda tembaganya di Manyar, Gresik, Jawa Timur belum dapat dirampungkan tahun ini karena terhambat pandemi Covid-19.
Pemerintah pun memberikan relaksasi, sehingga konsentrat tembaga baru akan dilarang ekspor pada pertengahan 2024, selaras dengan janji Freeport Indonesia untuk mengoperasikan smelter Manyar pada Mei tahun depan.

Bukan Kegagalan
Dalam kaitan itu, Djoko berpendapat andaikata situasi yang dihadapi perusahaan mineral lain sama seperti Freeport, mereka tentunya akan diberikan relaksasi ekspor juga.
Menurutnya, kali ini Freeport meminta tambahan relaksasi ekspor bukan karena smelter Manyar gagal beroperasi tepat waktu, tetapi hanya membutuhkan proses dan waktu untuk bisa mencapai kapasitas produksi 100%.
“Tentunya pemberian relaksasi akan mempertimbangkan kemajuan dari setiap perusahaan yang mengajukan relaksasi, dengan mempertimbangkan aspek tekno-ekonomi, dari pemberian relaksasinya,” jelas Djoko.
Untuk diketahui, total investasi smelter Manyar hingga akhir tahun ini diproyeksi mencapai US$2,7 miliar atau setara dengan Rp42,45 triliun, asumsi kurs saat ini. Smelter itu dirancang dengan kapasitas pengolahan untuk sekitar 1,7 juta ton konsentrat menjadi kurang lebih 600.000 ton katoda tembaga per tahun.
Dalam wawancara dengan Bloomberg Technoz belum lama ini, Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan progres pembangunan smelter Manyar per Agustus sudah mencapai 78%.
Dia pun optimistis pabrik katoda tembaga terbesar di dunia itu bakal beroperasi penuh pada Mei 2024, sesuai dengan syarat izin usaha pertambangan khusus (IUPK). "Progresnya per Agustus sudah 78%. Kami yakin Mei 2024 selesai, sudah mulai bisa beroperasi," ujar Tony.
Saat pabrik di Manyar –yang merupakan single aisle smelter tembaga terbesar di dunia – beroperasi nantinya, Tony optimistis Freeport akan menjadi produsen katoda tembaga terbesar ke–5 di dunia.
“Apalagi, nanti kalau Amman Minerals juga akan memproduksi katoda tembaga. PTFI dan Amman – atau Indonesia – akan menjadi produsen katoda tembaga terbesar ketiga di dunia,” ujarnya.
Belakangan, Freeport pun kembali menyatakan masih membutuhkan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga melewati tenggat larangan ekspor yang dikehendaki pemerintah, yaitu pada Mei 2024. Penyebabnya, smelter katoda di Manyar baru bisa berproduksi dengan kapasitas penuh pada akhir tahun depan.
“Smelter PTFI masih dalam proses ramp up produksi hingga Desember 2024 untuk mencapai kapasitas produksi maksimal, sehingga masih diperlukan izin ekspor konsentrat tembaga setelah Mei 2024,” ujar Vice President Corporate Communications Freeport Indonesia Katri Krisnati kepada Bloomberg Technoz, akhir pekan lalu.
(wdh)