Likuiditas, biaya untuk mengkonversi aset menjadi uang tunai dan sebaliknya, dapat diukur dengan berbagai cara. Analisis Fleming menggunakan spread antara harga bid dan offer, kedalaman order-book, dan dampak harga dari perdagangan untuk obligasi tenor dua, lima, dan 10 tahun yang paling baru dilelang selama hari perdagangan New York.
Menurut Fleming, perbedaan antara harga penawaran terendah dan harga permintaan tertinggi, yang dikenal sebagai “bid-ask spread,” melebar untuk semua obligasi yang jatuh tempo Maret, namun untuk tenor 2-tahun melampaui yang terjadi pada puncak krisis akibat pandemi Maret 2020.
Kegagalan bank regional memicu penurunan tajam untuk yield Treasury, dengan obligasi tenor dua tahun jatuh tempo turun paling banyak sejak 1982.
Hingga saat itu, yield berada dalam tren naik sejak the Fed memulai serangkaian kenaikan suku bunga pada Maret 2022 untuk menghalau inflasi.
Setelah beberapa gangguan dalam likuiditas pasar Treasury sejak 2014, regulator pun berupaya untuk memperkuatnya.
"Meskipun likuiditas pasar Treasury tidak luar biasa buruk mengingat tingkat volatilitas suku bunga, kewaspadaan pembuat kebijakan dan pelaku pasar adalah tepat," tulis Fleming.
"Kapasitas pasar untuk menangani arus perdagangan besar dengan lancar telah menjadi perhatian sejak Maret 2020.”
(bbn)