Secara teknikal, nilai tukar rupiah juga masih berpotensi melemah lagi, setelah kemarin tertahan dengan penguatan tipis. Target koreksi terdekat rupiah hari ini masih di kisaran Rp15.735-Rp15.750/US$ pada trendline garis ungu. Level support kuat selanjutnya menarik dicermati pada Rp15.770/US$.
Menilik tren jangka pendek, rupiah ada resistance potensial pada level Rp15.690/US$ dan Rp15.655/US$ sebagai resistance terkuat, tercermin dari time frame daily menggaris chart tren setahun terakhir. Bila rupiah berhasil break resistance tersebut, mata uang Indonesia berpotensi berbalik menguat menuju Rp15.600/US$.
Data ritel AS
Imbal hasil treasury melanjutkan reli dengan kembali bertengger di atas 4,8% untuk tenor 10 tahun, sementara tenor 2 tahun menyentuh 5,2% yang menjadi level rekor tertinggi sejak 2006.
Kenaikan imbal hasil surat utang AS itu terpicu oleh rilis data penjualan ritel Amerika September yang melampaui ekspektasi pasar.
Penjualan ritel di AS pada bulan lalu naik 0,7% jauh melampaui perkiraan pasar sebesar 0,3%.
"Kabar baik tentang ekonomi sekali lagi menjadi kabar buruk bagi pasar semenjak hal itu membuat para pengambil kebijakan akan terdorong lebih jauh memperketat keuangan," kata Edward Moya, Senior Market Analyst Americas Oanda, seperti dilansir Bloomberg News, Rabu (17/10/2023). Perekonomian Amerika dinilai belum memperlihatkan tanda-tanda menuju resesi meski telah mengalami pengetatan agresif setahun terakhir.
Pejabat the Fed Thomas Barkins menyatakan, pengambil kebijakan memiliki waktu untuk memperhitungkan apakah mereka bisa menahan bunga acuan atau apakah perlu menaikkan lebih jauh untuk memastikan inflasi kembali ke target 2%.
Di pasar swap, ekspektasi kenaikan bunga acuan the Fed pada sisa tahun ini dan awal tahun depan, kompak naik. Probabilitas kenaikan 25 bps untuk Desember naik mendekati 40%, sementara peluang pada FOMC Januari sudah di atas 40%.
-- dengan bantuan M. Julian Fadli.
(rui)