Seperti yang diwartakan Bloomberg News, nilai penjualan ritel yang tidak disesuaikan dengan inflasi, meningkat 0,7% setelah sebelumnya direvisi naik 0,8% pada Agustus. Sementara yang tidak termasuk harga bensin, penjualan ritel pada September menguat 0,7%.
Adapun secara tahunan, penjualan ritel AS meningkat 3,8% pada September, tertinggi dalam tujuh bulan dan menyusul kenaikan 2,9% yang direvisi naik pada Agustus kemarin.
Perkembangan ini menunjukkan konsumen masih tetap bersemangat meskipun terjadi peningkatan inflasi yang didorong oleh harga energi baru-baru ini. Meskipun pertumbuhan upah mulai melemah, pasar tenaga kerja AS secara umum tetap kuat, sehingga memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk tetap melakukan pengeluaran.
Dari sisi korporasi, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, investor mengantisipasi minggu pertama dari musim laporan keuangan (Earnings Season) kuartal III-2023. Minggu ini saja, 11% dari emiten yang tergabung dalam indeks S&P 500 akan merilis laporan keuangan, termasuk dari korporasi besar seperti Netflix, Tesla, Bank of America, Johnson and Johnson, Goldman Sachs, dan Lockheed Martin.
“Minggu lalu, laporan keuangan 3Q23 dari JPMorgan, Wells Fargo, Citigroup, dan BlackRock semuanya keluar, mengalahkan estimasi pasar berkaitan dengan Pendapatan dan Laba Bersih,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari dalam negeri, emiten-emiten unggulan juga akan memulai periode rilisnya, seperti Bank Negara Indonesia (BBNI), Bukit Asam (PTBA), Unilever Indonesia (UNVR), Bank CIMB Niaga (BNGA), Aneka Tambang (ANTM) dan Bank Tabungan Negara (BBTN).
Dari regional, Notulen dari pertemuan kebijakan Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) tanggal 3 Oktober kemarin memperlihatkan bahwa RBA mempertimbangkan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, namun akhirnya memilih mempertahankan suku bunga acuan di level 4,1% karena kurangnya informasi dan data update baru.
Lebih lanjut, RBA juga memperingatkan bahwa inflasi tetap akan bertahan di atas target 2% dan akan berada dalam kondisi seperti itu untuk beberapa waktu kedepannya sehingga pengetatan kebijakan mungkin diperlukan jika ternyata inflasi lebih sulit untuk turun.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,6% ke 6.939 disertai dengan munculnya volume pembelian, namun masih tertahan oleh MA-20.
“Cermati area support berikutnya yang berada di 6.839, apabila IHSG break area tersebut maka IHSG terkonfirmasi sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii). Hal tersebut akan membawa IHSG ke rentang area 6.747-6.820 sebagai target koreksi berikutnya,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (18/10/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut ADMR, ENRG, INCO dan CARS.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi uji batas atas pivot 6.950 hari ini.
“IHSG berhasil memutus rangkaian upper shadow panjang dengan membentuk white marubozu di Selasa (16/10). Bersamaan dengan rebound tersebut, IHSG kembali ke atas MA-20 dan MA50 di pivot area 6.930-6.950. IHSG berpotensi uji batas atas pivot 6.950 di Rabu (18/10),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham PGEO, ADMR, AKRA dan potensi rebound lanjutan pada UNVR, MYOR dan INDF.
(fad/ggq)