Sebelumnya, harga minyak turun lebih dari 1% sebelum mereda setelah Bank Sentral Rusia menegaskan kembali ekspektasi bahwa OPEC+ akan mempertimbangkan peningkatan produksi pada awal tahun 2024.
Tak lama kemudian, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk membicarakan hal tersebut.
Rebecca Babin, trader energi senior di CIBC Private Wealth mengatakan, “para trader tetap waspada” sementara minyak masih dalam pola bertahan.
“Banyak investor tidak bersedia untuk bertaruh langsung pada minyak mentah dalam kondisi saat ini namun secara aktif membeli opsi-opsi yang naik (upside call) jika pasokan minyak mentah terdampak. Ini adalah lingkungan perdagangan yang keyakinannya rendah dan sangat fluktuatif.”
Para trader minyak juga memantau kejadian di Barbados, di mana pemerintah Venezuela diperkirakan akan menandatangani perjanjian dengan oposisi yang didukung AS pada Selasa malam.
Sebagai imbalan atas pemilihan presiden yang lebih bebas tahun depan, perjanjian tersebut dapat membuka jalan bagi AS untuk meringankan sanksi terhadap negara tersebut, yang berpotensi meningkatkan ekspor minyak.
Pasar minyak mentah masih berada dalam kegelisahan akibat krisis di Timur Tengah dan risiko penyebarannya ke luar Israel dan Gaza, sehingga berpotensi membahayakan aliran minyak mentah dari produsen-produsen utama.
Iran, yang mendukung Hamas, telah memperingatkan bahwa perluasan perang “mendekati tahap yang tidak dapat dihindari.”
Menutrut Fawad Razaqzada, analis pasar di StoneX, level support teknis WTI berada di antara US$84,10 hingga US$85,45, dengan kemungkinan resistensi antara US$87,15 hingga US$87,95.
Harga:
-WTI untuk pengiriman November menetap tidak berubah pada US$86,66 per barel di New York.
-Brent untuk settlemet Desember naik tipis 25 sen menjadi US$89,90 per barel.
(bbn)