Para pemimpin dunia datang ke Beijing pekan ini untuk menghadiri forum tersebut, yang diadakan saat China merayakan ulang tahun ke 10 inisiatif tersebut.
Meskipun proyek BRI telah menghasilkan dana sebesar US$1 triliun dalam dekade pertama, momentumnya telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir di tengah kekhawatiran terhadap keberlanjutan utang.
Wakil Perdana Menteri mengatakan perdagangan China selama dekade terakhir dengan negara-negara peserta mencapai US$19 triliun. China mendorong kerja sama dalam bidang data besar, kecerdasan buatan, dagang-el, dan energi baru, katanya, seraya menambahkan bahwa hal ini akan didasarkan pada prinsip utang berkelanjutan.
Dalam beberapa bulan terakhir, He, 68 tahun, telah bertemu dengan pejabat tinggi asing termasuk Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva.
Dalam pertemuan mereka pada Agustus, Raimondo mengatakan kepada wakil perdana menteri bahwa hubungan komersial AS-China “adalah salah satu hubungan yang paling penting secara global.”
Dia juga bertemu bulan lalu dengan kepala perdagangan terkemuka Eropa tepat ketika UE mengumumkan penyelidikan terhadap subsidi kendaraan listrik China.
Dia menyatakan “keprihatinan dan ketidakpuasan” atas penyelidikan tersebut, tetapi menghindari retorika agresif dan memilih menyetujui pembentukan kelompok kerja di bidang jasa keuangan dan pembatasan perdagangan.
He dipandang sebagai orang kepercayaan Xi dan menghabiskan lebih dari dua dekade di Fujian, salah satu wilayah pertama yang membuka diri terhadap investasi asing.
China berupaya memperbaiki Belt and Road Initiative di tengah kekhawatiran bahwa inisiatif tersebut akan kehilangan kekuatan. Beijing menghadapi tuduhan sebagai pemberi pinjaman yang tidak bertanggung jawab yang menyebabkan negara-negara mengalami gagal bayar. Hubungan yang retak dengan AS juga membuat hubungan dengan proyek kesayangan Xi makin terpecah belah.
“Belt and Road masih memiliki daya tarik luas, terutama bagi negara berkembang,” menurut Trivium China. “Tidak ada hal serupa yang terjadi di negara-negara Barat,” kata perusahaan riset tersebut pada Selasa.
Sentimen serupa juga disampaikan oleh Ben Okoye, Wakil Ketua Eksekutif Brass Fertilizer and Petrochemical yang berbasis di Nigeria, yang mengatakan bahwa dia berada di Beijing untuk menandatangani kesepakatan dengan China Road and Bridge Corporation.
Selera China terhadap risiko berbeda dengan negara-negara lain di dunia, kata Okoye dalam sebuah wawancara di sela-sela konferensi.
“Afrika adalah tentang mengambil risiko,” katanya. “Kita tidak dapat mengembangkan benua ini jika semua orang mengabaikan dan hanya mengambil sumber daya.”
(bbn)