Irina Anghel - Bloomberg News
Bloomberg, Penelitian menunjukkan semakin banyak karyawan di Inggris yang menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) guna meluangkan lebih banyak waktu untuk tidak bekerja.
Hampir setengah dari pekerja di Inggris menggunakan AI generatif - sebuah teknologi yang menjadi sangat mudah diakses kurang dari setahun yang lalu - setidaknya sekali seminggu. Hal ini telah meningkatkan produktivitas dengan mengalihkan tugas-tugas yang repetitif dan memakan waktu kepada chat bot, menurut survei yang melibatkan 2.002 karyawan di Inggris yang bekerja di kantor dan remote yang dilakukan oleh Accenture antara 29 Agustus hingga 1 September.
Kini, menurut hasil survei, peningkatan efisiensi AI juga membantu mendorong keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Menurut laporan tersebut, sebanyak 30% karyawan mengatakan mereka ingin menggunakan waktu luang untuk meningkatkan fokus pada kehidupan di luar pekerjaan.
Hasil ini muncul di tengah meningkatnya masalah kesehatan mental di Inggris, yang diperkirakan telah mengakibatkan perusahaan kehilangan sekitar £6,9 miliar (Rp132 triliun) akibat hilangnya hari kerja karena penyakit jangka panjang.
"Akan ada minat yang kuat terhadap AI di kalangan pekerja kantoran, dengan banyak dari mereka menjadikan AI sebagai peluang untuk menemukan kepuasan yang lebih besar dalam kehidupan kerja mereka," kata Emma Kendrew, pimpinan teknologi untuk Accenture UK.

Lebih dari seperempat pekerja yang disurvei mengatakan AI membantu menyelesaikan jadwal mereka untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Menurut laporan Accenture, AI paling populer digunakan untuk tugas-tugas seperti proses administratif dan operasional. Hal ini sejalan dengan penelitian terpisah dari Massachusetts Institute of Technology yang menemukan AI meningkatkan produktivitas, tetapi manfaatnya terbatas pada tugas-tugas menulis atau administratif.
Penelitian ini juga menyoroti kesenjangan generasi yang semakin meningkat dalam hal penggunaan AI di tempat kerja. Hanya 22% dari mereka yang berusia 55 tahun ke atas yang menggunakan teknologi tersebut setidaknya sekali seminggu, hampir tiga kali lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang berusia 18 hingga 24 tahun.
(bbn)