Saat ini, menurut Hori, persaingan untuk mendapatkan LNG di dunia makin ketat, khususnya setelah invasi Rusiaa ke Ukraina. Dalam kaitan itu, Eropa sudah berupaya mengurangi ketergantungannya terhada gas Moskwa, sedangkan negara-negara berkembang mulai mencari kontrak jangka panjang guna menghindari ancaman defisit LNG pada masa depan.
Mitsui dan perusahaan dagang besar Jepang lainnya banyak terlibat dalam bidang minyak, gas, dan batu bara. Berkshire Hathaway Inc. milik Warren Buffett awal tahun ini juga meningkatkan kepemilikannya di perusahaan-perusahaan tersebut, setelah mereka melihat lonjakan laba karena harga komoditas yang tinggi dan melemahnya yen.
Berbagai negara dan perusahaan memandang LNG sebagai bahan bakar fosil yang lebih ramah lingkungan dan dapat menurunkan emisi, tetapi pasokannya diperkirakan kian terbatas hingga sekitar 2026, ketika proyek-proyek baru dijadwalkan untuk mulai beroperasi.
Permintaan LNG global diperkirakan meningkat sebesar 3,4% setiap tahun selama 2022—2026 hingga mencapai 444 juta metrik ton, menurut BloombergNEF.
“Memastikan keragaman sumber pasokan kemungkinan besar terbukti penting bagi keamanan energi di Jepang. Kami memiliki proyek di AS, Timur Tengah dan Afrika,” kata Hori.
Ketika ditanya apakah Mitsui tertarik untuk menandatangani kontrak dengan Qatar, yang selama ini mencari pembeli dari ekspansi produksinya yang besar, Hori mengatakan negara Timur Tengah tersebut adalah “sumber penting LNG”, pada saat Jepang melakukan diversifikasi lebih lanjut.
“Selain gas dan LNG, penting bagi Mitsui untuk memiliki ‘beberapa jalur’ untuk transisi energi, termasuk energi terbarukan, amonia, dan hidrogen,” kata Hori.
Perusahaan tersebut baru-baru ini mengumumkan investasi sebesar 960 miliar yen (US$6,4 miliar) dalam proyek pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai di lepas pantai timur Taiwan, dan sedang menjajaki peluang dalam e-methanol – bahan sintetis yang terbuat dari hidrogen dan emisi karbon.
“Semua proyek ini akan membentuk masa depan portofolio kami yang bertransisi dari bisnis energi tradisional ke era rendah karbon,” katanya.
Berikut hal-hal penting lainnya dari wawancara tersebut:
- Mitsui akan menaikkan dividen ketika mereka melihat “kekuatan pendapatan laba dasar telah meningkat, dan menurut saya kami berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan hal ini”.
- Hori melihat kesenjangan antara suku bunga AS dan Jepang masih tersisa untuk jangka pendek, dan perusahaan akan memperhitungkan volatilitas mata uang dan suku bunga
- Sekitar 20% manajer global Mitsui adalah perempuan, tetapi persentasenya hanya 8,5% di Jepang.
- Perusahaan menargetkan peningkatan angka tersebut menjadi 10% pada 2025; perusahaan memiliki “pekerjaan yang cocok untuk kami di Jepang”.
- Mitsui telah menerapkan program pendampingan yang memasangkan eksekutif saat ini dengan manajer perempuan yang sedang naik daun untuk mengembangkan karier mereka.
(bbn)