Berkaca pada lelang SBSN atau sukuk 10 Oktober lalu, minat investor jatuh ke level terendah hanya Rp10,7 triliun, turun 61% dibanding lelang sebelumnya. Bahkan di kala pemerintah menaikkan target penyerapan lebih tinggi.
Modal asing terus keluar dari pasar SBN dengan mencatat nilai outflow lebih dari Rp22 triliun sejak September lalu. Pekan lalu, empat hari berturut-turut pemodal asing mencatat jual bersih dan membawa posisi kepemilikan nonresiden di SBN tinggal Rp813,32 triliun per 13 Oktober. Catatan terendah sejak awal Januari 2023.
Pemerintah memutuskan menaikkan target emisi SBN di Kuartal IV-2023 menjadi Rp168 triliun, naik dua kali lipat dibanding periode sebelumnya sebesar Rp75 triliun.
Suplai yang lebih melimpah membuat pasar SBN menjadi jauh lebih sensitif terhadap pergerakan yield US Treasury. Suplai melimpah berarti harga akan mudah bergerak turun dan mengerek imbal hasil surat utang.
Menaikkan suplai SBN di pasar saat kebijakan bank sentral AS 'higher for longer' semakin membuat harga obligasi RI melemah, menurut Lin Jing Leong, Senior Emerging Market Soverign Analyst di Columbia Threadneedle Investment di Singapura seperti dilansir oleh Bloomberg News, Kamis (12/10/2023).
Analis Citigroup Inc Gaurav Garg menambahkan, tanpa adanya pasokan yang lebih banyak, tekanan terhadap pasar obligasi pemerintah RI bakal semakin tersudut aksi jual di pasar fixed income global.
Dengan yield INDOGB-10 tahun kini ada di kisaran 6,72%, selisih dengan imbal hasil Treasury semakin menyempit hanya 200 bps. Sementara imbal hasil SBN 10 tahun dinilai baru akan menarik saat mendekati 7,4%, menurut analis. Level itu masih berjarak 68 bps level yield saat ini.
(rui/wep)