Indeks dolar AS semalam ditutup melemah. Sementara di pasar swap, para pelaku pasar semakin menurunkan ekspektasi terhadap kenaikan bunga the Fed bulan depan dengan tingkat probabalitas hanya 5,2%. Sementara peluang kenaikan pada Desember dan Januari 2024 meningkat menjadi di atas 30%.
Di pasar NDF, pergerakan rupiah sudah meninggalkan zona Rp15.700-an pagi ini, di kala harga dolar AS di pasar spot masih berkubang lebih lemah di kisaran Rp15.720/US$ dalam penutupan perdagangan kemarin.
Analisis teknikal
Dari kacamata teknikal, hari ini nilai tukar rupiah masih memperlihatkan potensi pelemahan dengan koreksi terbatas di kisaran Rp15.735-Rp15.750/US$.
Sementara trendline garis putih pada time frame daily menjadi resistance pada level Rp15.680/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp15.650/US$
Selama nilai rupiah masih bertengger di atas Rp15.700/US$, maka masih ada potensi untuk melanjutkan pelemahan di tren negatif.
Sebaliknya, apabila terjadi penguatan hingga di bawah Rp15.650/US$ dalam tren jangka menengah, maka nilai rupiah berpotensi menguat hingga menuju Rp15.580/US$.
Triumvirat pemberat
Rupiah diperkirakan masih akan kesulitan mencari pijakan untuk menguat, terkepung kombinasi tiga faktor pemberat yaitu lonjakan harga minyak dunia, harga dolar AS yang kian mahal dan krisis geopolitik. Di antara banyak negara-negara emerging market Asia, Indonesia meskipun memberikan imbal hasil tinggi, sejauh ini di kisaran 6,76% untuk surat utang tenor 10 tahun, akan tetapi dinilai lebih rentan akibat tiga faktor tersebut.
“Di antara mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi, kami memiliki sedikit preferensi terhadap peso Filipina dan rupee India dibandingkan rupiah Indonesia,” kata analisis HSBC Holdings seperti dilansir oleh Bloomberg News, Senin (16/10/2023).
- dengan bantuan M. Julian Fadli.
(rui)