Janji China tersebut tampaknya adalah upaya untuk meyakinkan investor internasional bahwa mereka tidak akan dirugikan oleh alat hukum yang dibuat China pada tahun 2019 saat perang dagang dengan AS dan setelah AS menambahkan Huawei Technologies Co. ke daftar hitam mereka.
Gabriel Wildau, direktur pelaksana di firma penasehat Teneo Holdings LLC, mengatakan dia meragukan China akan secara agresif memperluas daftar tersebut karena memandang komunitas bisnis AS sebagai sekutu.
“Mereka ingin menumbuhkan komunitas bisnis AS sebagai konstituen politik yang menentang kebijakan pro-pemisahan (decoupling) sehingga mengasingkan perusahaan AS akan menjadi luka bagi mereka sendiri,” kata Wildau.
“Perlu dicatat bahwa tindakan terhadap Raytheon tampaknya tidak termasuk unit penerbangan sipil mereka, yang memiliki operasi signifikan di China daratan dan yang dinilai oleh otoritas China sebagai sumber teknologi canggih,” tambahnya.
Pekan lalu, AS menambahkan enam perusahaan China ke daftar hitam ekspor karena diduga terkait dengan program mata-mata yang didukung militer China. Kementerian Luar Negeri China kemudian menanggapi pada Rabu dengan memperingatkan akan membalasnya.
China mengatakan balon yang ditembak jatuh AS pada 4 Februari lalu adalah pesawat pengumpul data cuaca yang terbang ke luar jalur secara tidak sengaja. AS disebut bereaksi berlebihan atas kejadian itu.
China belum mengatakan secara langsung apakah sanksi terhadap Lockheed dan Raytheon terkait dengan insiden balon, tetapi bahasa dalam pengumuman tersebut mirip dengan yang digunakan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin pada Rabu (15/02/2023) lalu.
“Ini sangat mirip dengan tanggapan balasan terhadap tindakan AS yang diberlakukan setelah insiden balon mata-mata,” kata Noah Barkin, managing editor Rhodium Group bagian China.
Presiden AS Joe Biden telah beberapa kali terlihat berusaha meredakan kekhawatiran tentang dugaan balon mata-mata China dan tiga benda asing lain yang ditemukan di AS dalam beberapa pekan terakhir. Dia juga mengatakan dia hendak berbicara dengan Presiden Xi Jinping untuk meredakan ketegangan itu.
Pejabat tinggi dari dua negara ekonomi terbesar dunia ini juga berpotensi bertemu pekan ini, di mana Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Wang Yi, diplomat top China akan datang ke Konferensi Keamanan Munich yang dimulai pada Jumat (17/02/2023) ini untuk memperbaiki hubungan. Blinken disebut mempertibangkan untuk bertemu Wang di sela-sela acara.
--Dengan asistensi Rebecca Choong Wilkins dan Zibang Xiao.
(bbn)