Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Fenoma El Nino menjadi masalah global tahun ini. Indonesia tidak terkecuali.

"Dampak El Nino di Indonesia terasa kuat pada kemarau Juli-Oktober 2023. Beberapa wilayah akan mengalami hujan dalam kategori rendah pada Agustus-Oktober. Terutama di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian besar Maluku, dan Papua bagian selatan," papar Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/10/2023).

Berdasarkan Angka Sementara (Asem), luas panen padi tahun ini diperkirakan 10,2 juta hektar. Turun 2,45% dibandingkan Angka Tetap (Atap) 2022.

"Faktornya karena kondisi kekeringan yang panjang akibat dampak El Nino yang menyebabkan gagal tanam dan gagal panen di banyak wilyah Indonesia," ungkap Winny, sapaan akrab Amalia.

Sumber: BPS

Penurunan luas panen, lanjut Winny, tentu menyebabkan produksi padi berkurang. Produksi Gabah Kering Giling (GKG) pada 2023 berdasarkan Asem diperkirakan 53,63 juta ton. Berkurang 2,05% dibandingkan Atap 2022.

Sumber: BPS

Sedangkan produksi beras juga diperkirakan turun. Berdasarkan Asem 2023, produksi beras diperkirakan 30,9 juta ton. Lebih sedikit 2,05% dibandingkan Atap 2022.

Sumber: BPS

"Kekeringan menyebabkan penurunan yang relatif besar dibandingkan tahun lalu karena di sebagian wilayah sentra produksi dan menunjukan dan konfirmasi fenomena El Nino terhada luas panen padi nasional," sambung Winny.

BPS juga memiliki data neraca beras nasional. Neraca ini membandingkan produksi dalam negeri dengan konsumsi domestik, belum mempertimbangkan impor.

Menurut catatan BPS, neraca beras pada Juli hingga Desember tahun ini mengalami defisit. Tertinggi adalah pada Desember, di mana terjadi defisit 1,45 juta ton.

Namun sepanjang 2023, neraca beras Indonesia diperkirakan masih surplus 0,28 juta ton.

Sumber: BPS

(aji)

No more pages