Logo Bloomberg Technoz

Menurut dia, kehadiran Jokowi di hajatan Projo yang jelas menyebut akan mendeklarasikan dukungan capres juga ingin mengirimkan pesan politik ke partai berlambang banteng moncong putih. Pesannya adalah bahwa dia masih memiliki pengaruh dan dukungan politik yang cukup besar walau bukan pucuk pimpinan di PDIP.

"Dukungan politik solid dari para relawan tersebut ibaratnya Presiden Jokowi ingin menunjukkan kalau ia dapat berperan juga sebagai king maker dalam Pemilu 2024," lanjut dia.

Deklarasi capres relawan Projo untuk Prabowo Subianto (Sumber: Tim Media Prabowo)

Tidak bisa dipungkiri, Jokowi selama ini di PDIP bukanlah pemegang hak veto melainkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang paling menentukan dalam memilih capres-cawapres di pemilu.

"Sebagai kader PDIP, Jokowi mengikuti keputusan partai di mana telah memutuskan untuk mengusung Ganjar Pranowo. Namun sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan didukung secara solid oleh tujuh partai politik pendukung pemerintahan ya Presiden juga memiliki kepentingan sendiri," imbuh Bawono.

Manuver Jokowi yang dibaca kian menguat ke Prabowo ditanggapi oleh politikus PDIP yang juga Sekretaris Tim Pemenangan Ganjar Pranowo, Deddy Yevri Hanteru Sitorus. Deddy mengatakan, Projo tak berarti sama dengan Presiden Jokowi. Justru kata dia pidato Jokowi di Rakernas Projo yang meminta 'ojo kesusu' soal calon suksesornya malah tak sejalan dengan langkah Projo yang langsung mendukung Prabowo. 

"Kalau menurut saya, Projo ya Projo pak Jokowi ya pak Jokowi. Pak Jokowi bilang kan ojo ke susu, sabar saya jangan ditekan-tekan. Lalu kemudian Projo tergopoh-gopoh pergi ke pak Prabowo, pandangan kami berarti itu mengabaikan pesan Pak Jokowi," kata Deddy saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Minggu petang (15/10/2023).

Dia juga memastikan, tak ada kerenggangan Jokowi dan PDIP. Megawati juga saat ini tak sedang berang dengan Presiden Jokowi.

"Urusan (Megawati) lebih banyak mau memenangkan Ganjar, ngapain jadi mikirin orang? Bu Mega udah terlalu matang untuk marah-marah, baper-baperan. Ujian politik yang dia hadapi itu menyangkut nyawa, menyangkut ideologi bukan urusan remeh-temeh begini," imbuh anggota DPR RI ini.

Joko Widodo (Jokowi) di Rakernas Projo, di GBK, Sabtu (14/10/2023). (Sultan Ibnu Affan/Bloomberg Technoz)

Deddy juga sempat mengomentari unggahan bakal capres Ganjar pada Minggu dini hari usai Rakernas Projo pada Sabtu siangnya di laman X-dahulu Twitter-itu. Ganjar mengunggah kalimat soal loyalitas pada ibu.

"Soal loyalitas belajarlah pada ibu-ibu ini. Mereka setia pada rumah yang membesarkannya puluhan tahun. Merasakan suka duka tangis dan tawa bersama. Tetap sehat, guyub rukun dan kompak ya bu. I love you full pokoknya," diunggah akun @ganjarpranowo.

Netizen kemudian ada yang menilai unggahan itu sindiran kepada Jokowi yang mulai berbalik arah dari partai yang membesarkannya. Namun Deddy menampik hal tersebut.

"Ah itu akan interpretasi orang, menurut saya tidak seperti itu," ucapnya. 

Dihubungi terpisah, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat justru melihat bahwa Presiden Jokowi belum bersikap frontal kepada PDIP. Apalagi pada saat berpidato di acara Projo, Jokowi kata dia juga tak menyebutkan nama capres.

"Ini saya kira Jokowi sangat berhati-hati ya karena dirinya datang dari partai besar yang selama ini mengusungnya 12 tahun lebih (dari wali kota sampai ke presiden). Tentu dia harus mendayung di antara dua karang. Bagaimana dia harus membangun komunikasi yang baik dengan PDIP dan juga dengan bu Megawati sampai purnatugas tahun depan," kata Cecep lewat sambungan telepon, Minggu petang (15/10/2023).

Namun diakui pengamat tersebut, Jokowi punya kepentingan mengamankan visi dan program yang sudah dijalankannya. Pada saat bersamaan ada Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo yang mengatakan akan meneruskan kepemimpinan dan program Jokowi. Sementara di PDIP justru Jokowi tak bisa sepenuhnya mengambil kendali apalagi dengan embel-embel petugas partai.

Sejak lama, Jokowi kata Cecep bak bermain di dua kaki. Kata-katanya bisa tak sejalan dengan gerak politiknya. Buktinya kata dia, awalnya Jokowi juga mengatakan bahwa anak-anaknya memilih jadi pengusaha dan inginnya berbisnis. Namun kemudian anak-anak dan menantunya menjadi kepala daerah dan terbukti satu per satu turun ke politik praktis.

"Jadi karakteristiknya (Jokowi) enggak bisa dipegang. Jadi sekarang baik pendukung Prabowo atau Ganjar mengeklaim bahwa didukung (Jokowi) karena Jokowi memberi perhatian kepada keduanya," tutup Cecep.

Laporan: Sultan Ibnu Affan

(ezr)

No more pages