Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat semakin menegaskan dukungannya pada Israel dalam serangan di Jalur Gaza untuk memerangi Hamas Palestina.
Hari ini kapal perang induk USS Dwight D. Eisenhower merapat mendekati kawasan konflik, menyusul kapal induk terbesar sebelumnya yang telah lebih dulu tiba di Mediterania USS Gerald R Ford, untuk menunjukkan dukungan pada Israel.
USS Dwight D. Eisenhower merupakan kapal induk bertenaga nuklir yang pernah beberapa kali dikerahkan dalam konflik-konflik besar seperti Perang Teluk 1990-an, juga operasi militer AS di Iraq dan Afghanistan.
Dilansir dari Al Jazeera, militer Israel menyatakan kesiapannya memperluas perang di Gaza dengan “serangan terkoordinasi dari udara, laut, dan darat”.
Israel juga terus melakukan pemboman tanpa henti terhadap Gaza di tengah perintahnya agar 1,1 juta penduduk Gaza utara mengungsi ke selatan sebelum serangan darat terjadi.
Setidaknya 2.329 warga Palestina telah tewas dan sekitar 9.700 orang terluka sejauh ini dalam serangan udara Israel di Gaza. Jumlah orang yang tewas di Israel mencapai 1.300 orang, dengan lebih dari 3.400 orang terluka sejak Hamas melancarkan serangannya ke Israel selatan akhir pekan lalu.
Iran telah memperingatkan Israel akan terjadinya “gempa bumi besar” jika Israel gagal menghentikan “kejahatan perang” terhadap Gaza.
Menurut penilaian Yara Hawari, analis kebijakan senior di lembaga pemikir Al Shabaka dan pembawa acara podcast Rethinking Palestine, Amerika melalui Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memfasilitasi pembersihan etnis di Gaza.
“Blinken akan mencoba menekankan penciptaan koridor kemanusiaan sebagai bagian dari pertemuannya dengan para politisi di Timur Tengah dan tempat lain…. Mereka [AS] menggambarkannya sebagai jalan yang aman bagi warga Palestina untuk keluar dari Gaza. Namun yang ditakutkan adalah hal ini sama sekali bukan koridor kemanusiaan, melainkan proses pengasingan permanen,” kata Hawari kepada Al Jazeera, seperti dikutip Ahad (14/10/2023).
“Pemerintah Israel tidak menghormati konvensi internasional mengenai hak kembalinya pengungsi. Jadi tidak ada harapan apa pun, bahwa setelah pemboman berhenti, warga Palestina akan dapat kembali ke rumah mereka,” tambah Hawari.
(rui)