Sementara di IMF, beberapa negara Eropa berusaha menggunakan bahasa agak keras untuk menggambarkan invasi Rusia ke Ukraina. Mereka berusaha mencapai kesepakatan meskipun perang Rusia-Ukraina susah untuk ditepis, sebagaimana disampaikan pihak yang hadir dalam acara itu.
"Sebagian besar anggota mengakui bahwa invasi Rusia ke Ukraina terus menimbulkan konsekuensi kemanusiaan yang besar dan dampak buruk terhadap perekonomian global, mereka mengecam hal itu,” kata Menteri Ekonomi Spanyol Nadia Calvino.
“Namun ada pandangan lain dan penilaian yang berbeda juga mengenai situasi ini.”
Reformasi IMF
IMF pada hari Jumat kemarin juga mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk meningkatkan kuota signifikan pada akhir tahun ini yakni mengacu pada bagian dana yang disumbangkan oleh masing-masing anggota. Tujuannya adalah untuk mendukung pendanaan IMF dari semua anggota sekaligus menggantikan beberapa perjanjian pendanaan bilateral ad-hoc selama ini.
Sementara itu mengenai perubahan jumlah suara, komite mengatakan bahwa Dewan Eksekutif IMF harus menerapkan pendekatan sebagai panduan untuk penyesuaian kuota lebih lanjut. Hal ini bisa menguntungkan China.
Namun yang diprediksi bisa menjadi kendala adalah bahwa setiap perubahan dalam perolehan suara memerlukan persetujuan Kongres AS. Pihak AS selama ini jelas enggan menerapkan kebijakan yang meningkatkan pengaruh saingan geopolitiknya, China atau Tiongkok itu.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada minggu ini menunjukkan sinyalemen bersedia soal perubahan jumlah formasi dan kuota suara itu. Hal ini akan memberi ruang lebih bagi China dan negara-negara berkembang lainnya. Namun artinya juga akan lebih banyak suara dalam menentukan bagaimana lembaga pemberi pinjaman darurat dunia diberikan.
Namun demikian Yellen menegaskan seruan AS untuk peningkatan kuota IMF yang equiproporsional yang artinya meningkatkan sumber daya yang dibutuhkan oleh anggota tanpa harus melakukan perubahan bobot suara secara serentak.
Diketahui negara-negara seperti China, Brasil, dan India yang perekonomiannya tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan negara-negara maju menyerukan pembagian ulang kuota saham. Hal ini untuk mencerminkan semakin besarnya beban negara-negara tersebut. China misalnya menyumbang sekitar 18% output ekonomi global sayangnya hanya memegang 6% saham di IMF. Negara tersebut karena itu ingin memiliki saham bertambah di IMF.
Sementara Menteri Keuangan Brasil Fernando Haddad mengatakan pada Jumat bahwa ia sudah menjelaskan kepada Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva soal hal ini. Haddad menyebut dia memahami realitas politik di AS. Namun menurutnya, kegagalan untuk memperbarui kuota dan formasi suara IMF akan bisa melemahkan organisasi tersebut dalam jangka menengah dan panjang.
(bbn)