Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 1.931,69/ons, Jumat (13/10/2023). Atau, melonjak hingga 3,37% dan menjadi yang tertinggi sejak 18 September atau hampir sebulan.
Dalam sepekan terakhir, harga emas naik 5,47% secara point-to-point.
Peningkatan tensi di Timur Tengah menjadi pendorong kenaikan harga emas. Israel menyatakan telah mengerahkan pasukan infanteri dan tank untuk menyerbu Jalur Gaza. Iran pun mengancam akan mengerahkan front baru untuk menyerang Israel jika perang terhadap Hamas terus dilanjutkan.
Kekhawatiran perang bakal makin intensif dan bahkan melibatkan negara-negara lain membuat investor kembali ke pelukan aset aman (safe haven). Emas adalah salah satunya.
“Investor kembali menyerbu aset safe haven karena eskalasi tensi di Timur Tengah. Jika situasi memburuk, maka ada kemungkinan harga emas bisa menyentuh US$ 2.000/ons tahun ini. Namun kami perkirakan akan bergerak di kisaran US$ 1.800/ons hingga pertengahan US$ 1.900/ons,” jelas Edward Moya, Analis Senior OANDA, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), emas sudah masuk zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 64,7.
RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun, RSI emas naik cukup tinggi hingga hampir menyentuh area jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, sepertinya dalam waktu dekat koreksi harga emas sulit dihindari. Target koreksi atau support terdekat ada di US$ 1.876/ons. Jika tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi menuju US$ 1.852/ons.
(aji/frg)