Kit Rees - Bloomberg News
Bloomberg, Kurang dari sebulan sejak menjadi perusahaan terbesar di Eropa, Novo Nordisk A/S telah meningkatkan keuntungan menjadi hampir US$90 miliar (Rp1.414 T) seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap obat penurun berat badan.
Perusahaan farmasi asal Denmark itu kini berhasil mengalahkan LVMH pada awal September, dan sejak itu telah mengalami akselerasi yang jelas karena kenaikan harga sahamnya bertepatan dengan anjloknya saham-saham barang mewah.
Setelah mengalami kenaikan 11% dalam tiga hari hingga hari Kamis, nilai pasar Novo kini mencapai sekitar US$444 miliar (Rp6.976 T), jauh di depan LVMH yang bernilai US$356 miliar (5.593 T), bahkan setelah selisihnya sedikit tertutup pada hari Jumat.
Angka tersebut dicapai kurang dari enam bulan setelah LVMH melampaui US$500 miliar dan menjadi perusahaan Eropa pertama yang mencapai angka tersebut.
Sementara Novo telah mendapatkan dorongan dari antusiasme pasar terhadap Ozempic dan Wegovy, obat yang dikenal sebagai GLP-1. LVMH mengalami kesulitan karena kekhawatiran akan pemulihan yang lebih lambat di pasar Cina yang sangat penting.
Saham Novo naik hampir 50% tahun ini, sedangkan LVMH telah sepenuhnya menghapus keuntungan tahun 2023 setelah minggu ini melaporkan pertumbuhan penjualan yang lebih lambat ketika kebangkitan barang mewah pasca-pandemi meredup.

Neil Campling, mitra pendiri Chameleon Global, mengatakan perbedaan nasib kedua perusahaan sebagian merupakan indikasi positioning, mengingat popularitas sektor barang mewah di kalangan fund manager.
“LVMH dan barang mewah adalah sektor Eropa yang paling overweight di awal kuartal ketiga meskipun tanda-tanda kesulitan konsumen merayap di seluruh lanskap,” kata Campling dalam komentar tertulis.
Sementara Novo dan rekan sejawatnya, Eli Lilly & Co., dengan lini produk obat untuk mengobati obesitas sedang mengguncang banyak sektor. Mulai dari dialisis ginjal hingga pembuat makanan ringan dan pengecer, Campling memberikan peringatan karena adanya kekhawatiran mengenai gangguan harga dan pasokan.
"GLP-1 sedang mengguncang volatilitas investasi kesehatan seolah-olah itu adalah kecerdasan buatan yang baru," katanya. "Dengan itu datang risiko dan harapan yang tinggi, yang perlu dijaga dalam jangka panjang."
(bbn)