Logo Bloomberg Technoz

Dolar ke Rp16.000, Mungkinkah Kolaps Bank Massal 1998 Terulang?

Mis Fransiska Dewi
13 October 2023 15:28

Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan memperlihatkan uang dolar AS dan rupiah di pusat penukaran uang di Jakarta, Rabu (11/10/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah semakin tidak berdaya melawan kekuatan dolar Amerika Serikat (AS). Pagi ini, mata uang Garuda langsung anjlok ke Rp15.732/dolar AS, melemah lebih dari 40 basis poin (bps) dan pada pukul 09:14 WIB, Jumat (13/10/2023) rupiah bergerak di level rendah Rp15.728/dolar AS.

Pelemahan rupiah mendekati level 16.000/dolar AS seolah mengingatkan kembali pada situasi menjelang krisis moneter Asia sekitar 25 tahun yang lalu. Pada saat itu rupiah anjlok tajam mendekati 17.000/dolar AS yang mengakibatkan kolapsnya sektor perbankan, ambruknya perekonomian, hingga kejatuhan pemerintahan. 

Nilai tukar rupiah saat ini semakin mendekati level 1998. Akankah bencana yang sama terulang kembali?

Amin Nurdin, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) mengatakan, saat itu ada 16 bank yang dilikuidasi akibat membengkaknya kredit macet, terutama karena perusahaan yang banyak memiliki pinjaman dolar AS.

Namun, situasi saat ini dengan periode 1997-1998 agak berbeda. "Waktu itu memang ada 16 bank yang dilikuidasi karena rupiah melemah drastis dari kisaran Rp2.000/dolar AS ke lebih dari Rp16.000/dolar AS," kata Amin.

Amin masih percaya, periode 1997-1998 ketika banyak bank kolaps tidak akan terulang. Setidaknya, untuk jangka pendek. Beda ceritanya jika depresiasi rupiah terus terjadi secara berkepanjangan.

Pasalnya, sebesar 70% perekonomian Indonesia disumbang dari sektor riil. Sementara, mayoritas penyaluran kredit bank mengalir ke sektor ini.