Alasan lain, kemungkinan bahwa sistem ini tak selalu dapat mengidentifikasi roket mana yang harus dicegat. Sistem Iron Dome dirancang untuk mencegat roket yang kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan. Namun, sistem ini terkadang tidak bisa membedakan yang mana roket berbahaya dan yang mana tidak masuk dalam kategori berbahaya.

Kegagalan Intelijen

Mantan Direktur CIA Michael Hayden dan David Petraeus mengatakan serangan Hamas terhadap Israel merupakan kegagalan intelijen yang fatal. Terlebih, negara tersebut dikenal canggih dalam hal spionase (memata-matai).

Di sisi lain, Beth Sanner, mantan kepala harian intelijen kepresidenan AS, menyebut Israel telah mengabaikan tanda-tanda peringatan. Dia menilai intelijen telah gagal memahami sifat ancaman yang serius dan akan segera terjadi.

“Mereka pada dasarnya salah memahami tujuan, sasaran, dan kemampuan Hamas,” katanya.

Jeffrey Wells, pakar intelijen siber dan peneliti tamu di George Mason University, mengatakan Isarel terlalu lengah karena banyak hal yang harus dipikirkan. Ia menambahkan dari sisi domestik, Israel sedang bergejolak.

Diketahui, ratusan ribu orang telah memprotes rencana Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk merombak sistem peradilan, dan meningkatkan kekuasaan parlemen di Mahkamah Agung. 

Tentang Iron Dome

Iron Dome memiliki radar sensitif yang mendeteksi area masuknya rudal yang datang dari jarak 4 hingga 40 kilometer. Sebuah pusat kendali memproses informasi tersebut dan terhubung pada senjata pertahanan. Senjata itu berupa rudal, yang akan meluncur jika terdapat potensi serangan.

Sistem ini dirancang untuk merespons ancaman serangan, terutama pada pusat-pusat populasi. Iron Dome menembakkan roket yang diperhitungkan untuk mendarat di area kosong. Terdapat kalkulasi sehingga penangkalan sistem rudal dapat efisien, yang sangat penting dalam kasus jika serangan terjadi dalam jumlah besar. 

Sistem dirancang untuk bekerja secara efektif dalam segala jenis cuaca.

(bbn)