Meski demikian, perekonomian China masih menghadapi banyak tantangan termasuk krisis properti dan lemahnya belanja konsumen.
Negara ini juga kembali ke ambang deflasi pada bulan September, menggarisbawahi betapa rapuhnya perekonomian.
Dukungan stimulus yang diberikan oleh pembuat kebijakan dalam beberapa bulan terakhir telah sedikit membantu ekonomi, meski kekhawatiran tetap ada tentang apakah lebih banyak lagi langkah yang dibutuhkan untuk memperkuat prospek ekonomi.
Bloomberg melaporkan bulan ini bahwa pihak berwenang sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan stimulus baru untuk membantu perekonomian mencapai target resmi sekitar 5%.
IMF baru-baru ini memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk China untuk tahun ini menjadi 5% dari 5,2%, dan untuk tahun depan menjadi 4,2% dari 4,5%. Perekonomian China dinilai kehilangan momentum karena penurunan investasi real estat dan harga perumahan yang membahayakan pendapatan pemerintah dari penjualan tanah, serta sentimen konsumen yang lemah.
Pekan depan, akan dirilis data lainnya seputar China yang akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang keadaan ekonomi negara di kuartal ketiga, yaitu angka produk domestik bruto dan indikator penjualan ritel, output industri, dan pengangguran.
(bbn)