Ia mengatakan penggunaan bom fosfor putih di Gaza, yang merupakan salah satu daerah terpadat di dunia, memperbesar risiko bagi warga sipil dan melanggar hukum humaniter internasional yang melarang menempatkan warga sipil dalam risiko yang tidak perlu.
Pada tanggal 11 Oktober, HRW mewawancarai melalui telepon dua orang dari daerah al-Mina di Kota Gaza, yang menggambarkan serangan dengan penggunaan bom fosfor putih. Satu berada di jalan pada saat itu, sementara yang satunya berada di gedung perkantoran.
Keduanya menggambarkan memperkirakan bahwa serangan itu terjadi sekitar antara pukul 11.30 dan 13.00. Orang yang berada di kantor mengatakan bahwa baunya begitu kuat sehingga melihat ke jendela untuk melihat apa yang terjadi dan kemudian memvideokan serangan itu.
HRW meninjau video tersebut dan memverifikasi bahwa itu diambil di pelabuhan Kota Gaza dan mengidentifikasi bahwa munisi yang digunakan dalam serangan itu adalah proyektil artileri fosfor putih 155mm yang meledak di udara.
Video lain yang diposting ke media sosial dan diverifikasi oleh HRW menunjukkan lokasi yang sama. Asap putih pekat dan bau bawang putih adalah karakteristik dari fosfor putih.
HRW juga meninjau dua video dari tanggal 10 Oktober dari dua lokasi di dekat perbatasan Israel-Lebanon. Masing-masing menunjukkan proyektil artileri fosfor putih 155mm digunakan.
Fosfor putih terbakar saat terkena oksigen atmosfer dan terus terbakar sampai kekurangan oksigen atau habis. Reaksi kimianya dapat menghasilkan panas yang hebat sekitar 815°C.
Pihak berwenang Israel sejauh ini belum menanggapi apakah mereka menggunakan fosfor putih atau tidak selama pertempuran yang sedang berlangsung itu.
(ggq/roy)