“Berdasarkan data Badan Geologi pada 2023, [cadangan batu bara RI] yang terverifikasi adalah sekitar 33,4 milliar ton dan sumber daya [batu bara] sebesar 92,1 miliar ton. Ini jumlah kekayaan alam Indonesia yang luar biasa yang harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat,” tuturnya.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, untuk saat ini, pengusaha batu bara di Indonesia masih belum mau ‘berandai-andai’ tentang skenario PHK di industri pertambangan komoditas fosil di tengah tren transisi energi.
“Kami belum bisa berandai-andai, karena transisi energi itu sangat tergantung pada perencanaan terlaksana. Itu kan semua masih menggunakan asumsi. Pola transisi kita yang terbesar tentu adalah peningkatan bauran EBT [energi baru dan terbarukan], juga di satu sisi kita mengurangi penggunaan PLTU batu bara. Itu juga kan asumsi jika pensiun dini PLTU batu bara sesuai rencana. Kalau meleset, ya otomatis berubah,” ujarnya, Kamis (12/10/2023).
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan Indonesia akan bebas PLTU batu bara sebelum 2050. Pemerintah berjanji tidak akan memberikan izin pembukaan PLTU baru setelah 2030, sedangkan PLTU terakhir akan beroperasi pada 2048.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana sebelumnya tidak menampik kebijakan transisi energi yang tengah digiatkan pemerintah akan berdampak pada pekerja di sektor industri batu bara.
Pemerintah pun mengeklaim tengah melakukan kajian agar mampu meminimalisasi dampak pengurangan hingga penghentian bahan bakar fosil dalam beberapa dekade mendatang terhadap sektor ketenagakerjaan.
"Nah itu. kan tidak bisa dimungkiri kalau batu baranya berkurang penggunaannya, berkurang juga dong tenaga kerjanya. Nah, sekarang di waktu transisi inilah kita siapkan," ujarnya, Rabu (11/10/2023).
Sebelumnya, riset yang dilakukan oleh Global Energy Monitor (GEM) menyebutkan industri batu bara dunia akan menghadapi pengurangan jumlah hingga 1 juta pekerja pada 2050, sebagai imbas komitmen transisi energi global. Beberapa negara Asia seperti China, India, dan Indonesia diperkirakan menjadi negara yang paling terdampak.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh GEM, industri pertambangan global setidaknya telah mempekerjakan sekitar 2,7 juta orang yang tersebar dari 70 negara dan 3.232 perusahaan tambang, yang menghasilkan 90% batu bara dunia.
Mayoritas pekerja tersebut berasal dari China, yang mendominasi 80% atau sekitar 1,5 juta orang, India 337.000 orang, dan Indonesia sebesar 160.000 orang.
"China, India, dan Indonesia menjadi tiga negara teratas dengan penghasil batu bara— yang mempunyai tiga kali jumlah penambang batu bara seperti negara lain di dunia jika digabungkan," tulis dokumen riset yang dilansir Selasa (10/10/2023) tersebut.
Untuk meminimalisasi hal itu, Direktur program Batu Bara GEM, Ryan Driskell Tate mengimbau kepada pemerintah untuk segera membuat langkah-langkah mitigasi, sebagai upaya penjagaan jaringan sosial para pekerja, dan memastikan kesejahteraannya.
"Pemerintah perlu menanggung beban yang sama untuk memastikan transisi yang terkelola bagi para pekerja dan masyarakat seiring kita beralih ke ekonomi energi yang ramah lingkungan," ujarnya.
(wdh)