Selanjutnya pertumbuhan juga terjadi pada pendapatan, dan jumlah penyewa menara. Tercatat, pendapatan TBIG meningkat 7,6% menjadi Rp 4,92 triliun, dengan pertumbuhan jumlah penyewa menara mencapai 22%. Kenaikan pendapatan berasal dari kontribusi penyewaan menara TBIG oleh PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), yang masing-masing berkontribusi sebanyak 34,82%, 34,68%, dan 15,99% kepada pendapatan TBIG.
Pendapatan MTEL juga tercatat meningkat 11,5% dengan torehan angka Rp 5,6 triliun. Jumlah penyewa menara MTEL tumbuh 31,79% secara tahunan. Sama halnya, pendapatan BALI naik 5,9% menjadi Rp 735 miliar dengan jumlah penyewa menara yang terdongkrak tipis 1,5% secara tahunan.
SUPR membukukan pertumbuhan 4% atas pendapatan menjadi Rp 4,1 triliun, dengan berhasil mencatatkan pertumbuhan pada jumlah penyewa menara sebesar 5%. Sementara itu, TOWR berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan tertinggi mencapai 33% menjadi senilai total Rp 8,1 triliun.
Raihan TOWR ini tidak lepasdari peningkatan nilai pendapatan sewa dari ISAT sebesar 253% menjadi Rp 3,1 triliun. Kontribusi sewa dari EXCL juga tumbuh 37% menjadi Rp 2,3 triliun. Untuk pelanggan TOWR lainnya, Telkomsel, juga mencatatkan pertumbuhan 46,4% menjadi Rp 1,2 triliun.
Fatur Aria, Investment Specialist Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan para perusahaan menara telekomunikasi akan agresif dalam melakukan akuisisi aset menara. Tujuannya meningkatkan tenancy ratio. Tingginya tenancy ratio akan berefek pada pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Dalam jangka pendek pertumbuhan dari perusahaan menara telekomunikasi ini belum berdampak signifikan, namun ke depannya aksi ini akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.
Mengutip riset Potensi Industri Tower Telekomunikasi yang disusun oleh Ajaib Sekuritas, data semester I-2022 TBIG memiliki tenancy ratio sebesar 1,90x, TOWR dengan 1,87x, MTEL dengan 1,51x dan BALI dengan 0,76x.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani dan Ratih Mustikoningsih mengunggulkan saham TOWR, MTEL dan TBIG pada sektor industri tower telekomunikasi untuk jadi pilihan investasi dalam tren jangka panjang.
"Dari sisi jumlah kepemilikan menara hingga Juni 2022, TOWR dan MTEL unggul dengan total masing-masing sebesar 29,2 ribu dan 28,2 ribu. Namun, secara tenancy ratio masih dipimpin TBIG dengan nilai 1,9x," tulisnya dalam riset Potensi Industri Tower Telekomunikasi.
Menurut Chisty, sektor telekomunikasi masih ada ruang dan berpotensi terus bertumbuh pada 2023 ini. Terlebih MTEL akan gencar memanfaatkan dana hasil Penawaran Umum Perdana (IPO) sebesar Rp 14,1 triliun untuk melakukan ekspansi bisnis.
Mengutip Research Company Focus dari Trimegah Sekuritas, diperkirakan bisnis serat optik akan semakin berkembang di masa depan. Apalagi para operator mengembangkan jaringan 4G dan 5G yang lebih canggih dalam 3 sampai 4 tahun ke depan. Tidak hanya itu, operator juga menerapkan strategi Fixed-Mobile Convergence (FMC), yang akan meningkatkan permintaan akan infrastruktur serat optik.
Sementara itu, Trimegah memproyeksikan jumlah penyewa menara dari TBIG akan bertumbuh mencapai 42.078 penyewa sepanjang 2023. Untuk TOWR akan bertumbuh hingga 56,515 penyewa. Dengan data saat ini, TBIG memiliki sebanyak 40,578 dan TOWR 54.721 penyewa. Maka, pertumbuhan jumlah penyewa menara akan berkisar antara 3,2% - 3,5%.
(fad/wep)