Logo Bloomberg Technoz

“Ini jadi masalah juga sih, bukan enggak menguntungkan juga ya. Pokoknya, situasi konflik Israel-Hamas ini berdampak juga ke industri yang juga cost structure-nya terbebani. Apalagi, kan ini sentimen saja, tidak langsung berkorelasi dengan demand. Beda dengan perang Rusia-Ukraina ya, karena [melibatkan] Eropa. Kalau [Rusia-Hamas] ini lebih ke sentimen, mungkin enggak lama penguatan [dolar AS] itu,” tutur Hendra.

Akan tetapi, sambungnya, sekalipun gelombang depresiasi rupiah terhadap greenback berlangsung dalam rentang panjang, pengusaha batu bara tetap tidak akan diuntungkan sepenuhnya selama permintaan batu bara tidak ikut terkerek. 

Hendra mengatakan, sebelum pecahnya konflik Israael-Hamas pada Sabtu (7/10/2023), permintaan batu bara sebenarnya mulai memasuki siklus kenaikan kuartal IV-2023 yang identik dengan periode musim dingin pada belahan bumi utara.

“Terutama permintaan di China. [Sekarang menjadi] fluktuasi ya. Permintaan bisanya lebih meningkat, tetapi kan ada banyak faktor. Kita tidak bisa melihat satu-dua faktor saja, tetapi umumnya permintaan masih agak meningkat,” ujarnya.

Pengusaha batu bara, kata Hendra, masih berupaya memacu ekspor meski kondisi permintaan sedang kurang bergairah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sedangkan tekanan biaya operasional di dalam negeri terus meningkat.  

“Jadi fokus kami adalah mempertahankan produksi sesuai dengan rencana. Kan ada market-market yang harus dipenuhi, itu yang menjadi fokus kami sekarang. [Di sisi lain], kami lagi berjuang untuk mengatur cashflow. Kami lebih concern itu; bagaimana mempertahankan produksi pada sisa akhir tahun ini,” tegasnya.

Sekadar catatan, harga batu bara turun pada perdagangan kemarin. Koreksi itu terjadi setelah harga si batu hitam naik 2 hari beruntun.

Pada Rabu (11/10/2023), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$140,5/ton, turun 0,99% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Pada 9—10 Oktober, harga batu bara mendarat di zona hijau. Dalam 2 hari tersebut, harga naik 2,45%.

Meski sempat naik 2 hari beruntun, harga batu bara belum lepas dari tren negatif. Dalam sepekan terakhir, harga berkurang 2,41% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, penurunannya mencapai 11,01%.

Koreksi harga batu bara tidak lepas dari kejatuhan harga gas alam. Di Eropa, harga komoditas ini anjlok hingga lebih dari 6%.

Kemarin, harga gas TTF Belanda ditutup anjlok 6,85% ke EUR 46,07/MWh, sedangkan harga gas di Inggris jatuh 6,49% ke GBP 116,62/thm.

Ketika harga gas lebih murah, insentif untuk menggunakan batu bara pun berkurang. Ini akan mengurangi permintaan batu bara sehingga harganya ikut terpangkas.

(wdh)

No more pages