Telah timbul juga anggapan di Kremlin bahwa perang antara Israel dan Hamas akan menguntungkan mereka. Hal ini diungkap oleh dua sumber yang mengetahui situasi ini. Mereka mengatakan konflik tersebut mungkin mengalihkan perhatian AS dan Eropa dari perang di Ukraina.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Senin bahwa tujuan Presiden Rusia Vladimir Putin “akan tercapai lebih cepat” jika fokus AS pada konflik Israel mengakibatkan terlambatnya pengiriman senjata ke Ukraina.
Meski demikian, menurut para pejabat Israel dan ahli, kemungkinan tidak akan ada tumpang tindih yang besar antara permintaan militer Israel dan Ukraina. Stok senjata Israel yang ada juga relatif kuat karena sudah ditimbun selama bertahun-tahun.
Menurut seorang sumber, kini Israel sedang menginginkan rudal Iron Dome, amunisi berpemandu presisi, dan peluru artileri dari AS dalam rangka membalas serangan Hamas.
Persediaan senjata Israel dapat tertekan apabila Israel melancarkan perang darat ke Jalur Gaza. Meskipun stoknya banyak, mungkin tidak cukup untuk periode yang panjang.
“Saat itulah mereka akan mulai menggunakan amunisi secara besar-besaran — amunisi presisi — dan mereka mungkin akan menggunakan dengan banyak,” kata Mark Cancian, mantan kolonel Marinir AS yang sekarang menjadi penasihat di Center for Strategic & International Studies (CSIS) di Washington.
Ukraina dan Rusia telah menghabiskan ribuan amunisi setiap harinya. Adapun Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata yang lebih canggih ini karena berusaha mencapai target seperti pangkalan militer Rusia di belakang garis depan.
"Masalahnya adalah senjata itu tidak dapat diproduksi dalam waktu singkat," kata Cancian.
Bahkan jika AS tidak menghentikan pengiriman ke Ukraina, pengirimannya mungkin akan terlambat. "Yang berarti mereka [Ukraina] hanya bisa menembak pada target prioritas tertinggi," tambahnya.
Seorang pejabat pertahanan senior AS mengatakan bahwa meski AS akan terus memberikan dukungan yang signifikan kepada Ukraina, AS berhati-hati dalam memastikan bahwa mereka juga dapat menanggapi krisis lain.
Seorang diplomat senior barat mengatakan mereka tidak khawatir tentang dampak Israel versus Hamas ke perang di Ukraina sebab karena militer Israel sendiri memiliki kemampuan dan perlengkapan yang baik.
AS akan Pilih Israel
"Jika diberi pilihan antara Israel dan Ukraina, AS akan - dalam sekejap - memilih Israel," kata CEO Chatham House Bronwen Maddox mengatakan kepada Bloomberg TV dalam sebuah wawancara.
"Saya dapat memahami mengapa Presiden Zelenskiy mungkin khawatir - dan dia sudah berjuang untuk mempertahankan perhatian Amerika."
Bantuan AS di masa depan untuk Ukraina mulai dipertanyakan setelah Kongres tak meloloskan bantuan untuk Kyiv. Pendanaan di masa depan bisa menjadi lebih rentan sekarang karena anggota parlemen Partai Republik yang skeptis terhadap dukungan untuk Ukraina.
Putin mengatakan pada pertemuan tahunan Klub Valdai di Sochi, Rusia pada 5 Oktober lalu bahwa dukungan AS dan Eropa membuat Ukraina tetap bertahan secara finansial dan militer.
Jika pengiriman senjata "dihentikan besok, mereka hanya akan memiliki waktu satu minggu untuk pergi sampai mereka menggunakan semua amunisi mereka," katanya.
Dukungan Eropa untuk Ukraina juga mengalami gangguan dalam beberapa pekan terakhir setelah perselisihan antara Polandia dan Ukraina yang memuncak dan bantuan baru untuk Kyiv dipotong.
Sikap blok tersebut mengenai bantuan untuk Ukraina juga menghadapi tantangan dari terpilihnya Robert Fico, seorang simpatisan Rusia, untuk kembali memimpin di Slovakia.
Dampak konflik Israel-Hamas terhadap harga minyak juga dapat mendorong upaya Rusia memerangi Ukraina. "Ketika harga minyak naik, ini memungkinkan mereka untuk terus belanya untuk produksi senjata dan juga membantu mereka menutupi beberapa defisit anggaran," kata Ann Marie Dailey, seorang peneliti kebijakan di Rand Corporation. "Rusia benar-benar mendapatkan keuntungan dari ini dalam jangka pendek."
(bbn)