Logo Bloomberg Technoz

Incar Tol Waskita (WSKT), Intip Gurita Bisnis Anthoni Salim

Dityasa Hanin Forddanta
12 October 2023 11:40

Presiden Direktur dan CEO PT Indofood CBP Sukses Makmur, Anthoni Salim. (Yuriko Nakao/Bloomberg)
Presiden Direktur dan CEO PT Indofood CBP Sukses Makmur, Anthoni Salim. (Yuriko Nakao/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Grup Indofood hanya sebagian kecil dari gurita bisnis Anthoni Salim. Melalui kendaraan investasinya, First Pacific Company Limited, ia mengendalikan banyak perusahaan yang bergerak di beragam sektor.

First Pacific adalah perusahaan investasi yang bermarkas di Hong Kong. Perusahaan fokus menebar investasinya di kawasan Asia Pasifik.

Secara garis besar, ada empat sektor bisnis yang menjadi fokus perusahaan. Keempatnya yakni, produk konsumer (makanan), telekomunikasi, infrastruktur dan sumber daya alam.

Berikut jaringan bisnis First Pacific yang telah Bloomberg Technoz rangkum dari dokumen resmi perusahaan:

- PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Indofood adalah perusahaan makanan terintegrasi di Indonesia sekaligus produsen Indomie yang telah mendunia.

- PLDT Inc.
Perusahaan ini merupakan induk bisnis telekomunikasi dan digital services provider di Filipina. PLDT juga diklaim memiliki layanan broadband dan jaringan wireless terbesar di negara tersebut.

- Metro Pacific Investments Corporation (MPIC)
MPIC menaungi bisnis infrastruktur di Filipina. Mulai dari jalan tol hingga properti berada di bawah pengelolaan MPIC.

- PacificLight Power Pte. Ltd.
First Pacific juga melakukan investasi di PacificLight Power Pte. Ltd. yang merupakan operator pembangkit listrik tenaga gas di Singapura. 

- Philex Mining Corporation
Philex bergerak di sektor tambang emas di Filipina. Perusahaan juga memproduksi tembaga dan perak di Filipina.

- PXP energy Corporation
Bergerak di sektor hulu industri minyak dan gas (migas).

- Roxas Holdings, Inc.
Perusahaan memproduksi gula dan bioethanol di Filipina.

Sepanjang paruh pertama tahun ini, First Pacific mencatat kenaikan pendapatan konsolidasi 7% secara tahunan menjadi US$5,4 miliar atau setara sekitar Rp84,24 triliun.