Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, S&P 500 memperpanjang rangkaian kenaikan menjadi empat hari berturut-turut dan terus beranjak naik makin mendekati level 4.400 di tengah semakin besarnya harapan bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk saat ini sudah selesai menaikkan suku bunga acuan.
“Hal ini diperkuat oleh komentar Presiden Federal Reserve bank di Atlanta Raphael Bostic yang meyakini tingkat suku bunga saat ini sudah cukup tinggi untuk membawa inflasi kembali turun ke target 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Selanjutnya, seperti yang diwartakan Bloomberg News, para pejabat The Fed telah memberi isyarat tentang kemungkinan jeda dalam pertemuan berikutnya, seiring dengan lonjakan imbal hasil obligasi yang terjadi baru-baru ini yang mungkin menggantikan kenaikan suku bunga acuan tambahan, sambil tetap menekankan bahwa biaya pinjaman akan tetap tinggi untuk beberapa waktu.
Senada, Gubernur Fed Boston Susan Collins mengatakan para pejabat mengambil pendekatan yang lebih sabar sekarang karena suku bunga berada di dekat puncaknya.
Bank Sentral juga akan melihat laporan Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) terbaru, yang akan dirilis pada Kamis mendatang waktu setempat, sebelum pertemuan mereka yang berakhir pada 1 November 2023.
Kemudian dari data ekonomi, harga produsen di AS naik lebih dari perkiraan pada bulan September. Kenaikan ini didorong oleh biaya energi yang terus menghambat jalan menuju penurunan inflasi yang berkelanjutan.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, inflasi Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) melandai dengan kenaikan 0,5% dari bulan sebelumnya menguat 0,7% mtm. Hal ini menandai kenaikan bulan ketiga berturut-turut. Harga bensin naik 5,4%. Tidak termasuk pangan dan energi, IHP naik 0,3% mtm.
Dibandingkan dengan tahun sebelumya, ukuran keseluruhan naik 2,2% tertinggi sejak April, sementara dari bulan sebelumnya dengan kenaikan 2% yoy.
Sentimen dari dalam negeri, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) meriis laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru edisi Oktober. Dibandingkan WEO edisi Juli, proyeksi terhadap ekonomi Indonesia belum berubah.
Dengan mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% untuk 2023. Untuk tahun depan, ekonomi RI diperkirakan tumbuh dengan angka yang sama.
Adapun proyeksi IMF sejalan dengan konsensus pasar. Survei yang dilakukan Bloomberg terhadap 43 institusi memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5% tahun ini.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,14% ke 6.932 dan masih didominasi oleh volume pembelian, penguatan IHSG pun mampu menguji area MA-20.
“Namun, selama IHSG belum mampu menembus 7.055, maka pergerakan IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii), sehingga pergerakan IHSG masih rawan terkoreksi untuk menguji rentang area 6.747-6.820,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (12/10/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut BEST, JPFA, MEDC dan UNTR.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi melanjutkan tren rebound di perdagangan Kamis (12/10).
“IHSG diperkirakan melanjutkan rebound menguji pivot 6.950 pada Kamis (12/10). Secara teknikal pelebaran positive slope pada MACD diikuti Stochastic RSI yang masih bergerak naik mengindikasikan potensi rebound tersebut,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan AMRT, ERAA, ITMG, MIDI, PTPP, WIKA, dan SSIA.
(fad/aji)