Selain tenaga kerja, pemerintah pun sudah memprediksi akan terjadi penyusutan penerimaan negara dari royalti batu bara. Hal ini tak hanya pada pemerintah pusat, namun juga berdampak pada penerimaan di Pemerintah Daerah pada lokasi tambang dan industri.
"Ini masuk semua di dalam kajian kita," ujar dia.
Dadan pun mengklaim bahwa jika ke depan, industri pembangkit energi terbarukan akan lebih banyak memiliki peluang pekerjaan di bandingkan perusahaan tambang batu bara. "Kalau kita hitung dari satu rantai produksi sampai ke pembangkit, lebih banyak [potensi pekerjaan di PLTS]," tutur dia.
Indonesia menjadi negara ketiga produksi batu bara terbanyak di dunia, yang telah menghasilkan 563,73 metrik ton, di bawah China (4,31 miliar metrik ton) di posisi pertama, dan India (743,21 juta metrik ton) yang menempati posisi kedua.
GEM juga memprediksi bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu dekade ke depan, ratusan dari 3.000 lebih perusahaan industri tambang di seluruh dunia akan memasuki vase penutupan operasi, yang juga diprediksi akan menyebabkan sekitar 400.000, atau 15% dari total pekerja tambang global akan kehilangan pekerjaannya sebelum 2035.
(ibn/frg)