Berdasarkan data Bloomberg, rasio valuasinya pun terbilang mahal, tercermin pada Price to Earnings Ratio (PER) Bank Jago saat ini mencapai 951 kali, dan rasio Price to Book Value (PBV) sebesar 3,14 kali. Dengan Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing hanya sebesar 0,2% dan 0,3%. Dengan EPS hanya Rp1,15/saham.
Saham ARTO cukup fenomenal karena pernah memimpin kenaikan tinggi saham bank digital pada 2020-2022. Bahkan saham ARTO sempat menyentuh Rp19.000 dan membuat kapitalisasi pasar menembus Rp200 triliun.
Lo Kheng Hong, seorang investor senior dan dijuluki Warren Buffett Indonesia pernah mengingatkan investor di Indonesia untuk berhati-hati dalam berinvestasi di saham bank digital. Nasihat ini dibagikan oleh Lo Kheng Hong dalam sebuah webinar yang digelar BCA Sekuritas pada 9 Februari 2022.
"Di portofolio saya sama sekali tidak ada perusahaan digital, sangat mengerikan buat saya sebagai seorang value investor," ujar Lo Kheng Hong.
Kala itu, Lo Kheng Hong menyebut membeli saham bank digital sama saja seperti membeli bajaj tapi dengan harga mobil Mercedes Benz.
"Tidak mungkin dong saya beli bank kecil (digital), bank kecil aset di bawah Rp10 triliun tapi price to book 50 kali. Sedangkan ada bank yang asetnya Rp200 triliun hingga Rp300 triliun price to book hanya 0,5. Jadi, tidak mungkin saya beli perusahaan digital," katanya.
Setahun lebih berlalu, saham bank digital telah terjun bebas, menyisakan kerugian bagi para investor yang membeli di harga puncak.
(fad/roy)