"Diperlukan gambaran yang lebih jelas tentang kebijakan pemerintah dan program pendanaan untuk membangkitkan kepercayaan investor," kata Nattanont Arunyakananda, pengelola investasi saham Asia di abrdn Plc.
Srettha dan pemerintahnya telah mengadakan konferensi pers hampir setiap hari untuk membela kebijakan tersebut di tengah kritik yang semakin meningkat. Meskipun langkah-langkah untuk menurunkan biaya hidup telah meningkatkan kepercayaan konsumen hingga level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, warga Thailand memiliki pandangan yang berbeda tentang pelaksanaan program tersebut.
Koraphat Vorachet, seorang analis di Krungsri Securities Co mengatakan ada pandangan yang berlawanan, dengan beberapa yang ingin mempertahankan program ini. Sementara yang lain ingin mengubah atau membatalkannya.
Pihak berwenang akan mengungkapkan rincian program, termasuk sumber pendanaannya, pada akhir bulan ini. Wakil Menteri Keuangan Julapun Amornvivat mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan untuk merevisi skema tersebut.
Sementara itu, Krungsri mengatakan indeks acuan mungkin akan menguji level 1.370 jika tingkat imbal hasil obligasi dalam negeri terus naik. Indeks SET turun lebih dari 8% sejak awal September, menjadikannya salah satu indeks utama dunia yang kinerjanya paling buruk selama periode tersebut.
Meskipun demikian, beberapa melihat aksi jual ini sebagai peluang pembelian mengingat "valuasi menjadi lebih menarik setelah memperhitungkan berbagai risiko ekonomi dan geopolitik," kata Wei Li, manajer portofolio multi aset solusi kuantitatif di BNP Paribas Asset Management, yang tetap positif terhadap negara-negara berkembang di Asia dan saham Thailand dalam jangka panjang.
Li menambahkan, stimulus China akhirnya bisa memberi manfaat bagi kawasan yang lebih luas. Sementara Thailand juga bisa mendapat dorongan dari pemulihan pariwisata China.
Srettha berharap dia dapat membalikkan keadaan pasar dalam enam bulan ke depan, meskipun masih harus dilihat apakah dia dapat meyakinkan investor untuk berpikir sama.
"Ketika orang bertanya pada saya bagaimana prospek pasar saham, saya hanya menghela napas dalam-dalam," kata Pakorn Peetathawatchai, presiden bursa lokal. "Ini adalah waktu yang sangat sulit dan sentimen sangat lemah."
--Dengan bantuan dari Ishika Mookerjee dan Karl Lester M. Yap.
(bbn)