Logo Bloomberg Technoz

Menurut skenario IMF, harga 4 logam utama untuk transisi ke energi bersih (tembaga, nikel, kobalt, litium) bisa naik sampai rata-rata 90% hingga 2030. Bahkan jika kemudian Rusia dan China tidak bisa mengimpor 4 logam tersebut, harga bisa meroket hingga rata-rata 300%.

Kedua, IMF memperkirakan arah kebijakan fiskal. IMF berpandangan kebijakan fiskal Indonesia tetap dalam posisi (stance) netral.

“Proyeksi IMF didasari atas stance kebijakan fiskal yang netral ke depan, diiringi dengan kebijakan perpajakan yang moderat dan reformasi administrasi.

“Realisasi penyerapan anggaran dan belanja modal akan meningkat secara moderat, seiring dengan kapasitas ruang fiskal,” papar laporan IMF.

Ketiga, IMF menilai arah kebijakan moneter Indonesia. IMF berpandangan kebijakan moneter masih sejalan dengan upaya pengendalian inflasi sesuai target Bank Indonesia (BI).

Inflasi September. (Dok. BPS)

Selain pertumbuhan ekonomi, IMF juga memberikan proyeksi inflasi. Untuk Indonesia, proyeksi inflasi tahun ini ada di 3,6% dan tahun depan turun menjadi 2,5%.

Perlambatan Ekonomi

Proyeksi IMF sejalan dengan konsensus pasar. Survei yang dilakukan Bloomberg terhadap 43 institusi memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5% tahun ini.

Meski begitu, pertumbuhan ekonomi 5% menunjukkan ada perlambatan. Tahun lalu, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,31%.

Sepertinya faktor eksternal akan menjadi momok bagi perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor yang terus menurun membuatnya sulit diandalkan menjadi kontributor Produk Domestik Bruto (PDB).

Pada Agustus, ekspor Indonesia anjlok 21,21% year-on-year (yoy) yang menjadi kontraksi terdalam sejak Maret. Ekspor Indonesia mengalami kontraksi 3 bulan beruntun.

Data pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 1976-2023. (Dok: tangkapan layar dalam catatan Faisal Basri)

“Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan permintaan global akibat tekanan inflasi yang menyebabkan berbagai negara menerapkan kebijakan suku bunga tinggi. Perlambatan permintaan ini ditambah dengan harga komoditas yang dalam tren turun,” sebut Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri.

Namun, di dalam negeri situasi pun tidak bisa dianggap remeh. Ada tanda kelesuan permintaan, yang kemudian menekan konsumsi rumah tangga. 

Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga adalah penyumbang utama PDB dengan kontribusi lebih dari 50%.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September ada di 121,7. KK September turun cukup tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 125,2. IKK September menjadi yang terendah sejak Desember tahun lalu alias 9 bulan terakhir.

Kemudian, ada Agustus penjualan ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) ada di 204,1. Naik 1,1% yoy. Meski tumbuh, ini adalah yang terendah sejak Mei atau 3 bulan terakhir.

Untuk September, IPR diperkirakan sebesar 200,2. Tumbuh sebesar 1% yoy. Jika terwujud, maka akan menjadi yang terlemah dalam 4 bulan.

Artinya, ada sinyal bahwa permintaan domestik pun mulai melambat. Jadi meski ekonomi Indonesia diperkirakan masih tumbuh 5% tahun ini, tetapi bukan berarti semua baik-baik saja.

(aji/roy)

No more pages