Bagi AstraZeneca, hal ini menambah kekecewaan lain atas Covid-19. Perusahaan obat itu merupakan pengembang vaksin Covid pertama, tetapi justru kalah saing dengan sesama produsen vaksin, Pfizer Inc. Pada tahun 2022, CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengaku kecewa karena Inggris belum memesan Evusheld.
AstraZeneca sendiri mengatakan akan terus terlibat dengan NICE hingga menuju keputusan akhir.
Saat ini, Evusheld tidak lagi memiliki izin edar di Amerika Serikat (AS) karena regulatornya mengatakan bahwa varian Covid yang beredar di sana hanya merespons kurang dari 10% terhadap pengobatan.
AstraZeneca tengah melakukan uji coba antibodi jangka panjang generasi selanjutnya untuk mencegah Covid pada orang dengan gangguan kekebalan. Perusahaan menargetkan untuk menyediakan obat tersebut pada paruh kedua tahun 2023. Pihak AstraZeneca mengungkapkan pada minggu lalu, pendapatan dari obat Covid kemungkinan akan turun secara signifikan di tahun ini.
Lennard Lee, peneliti klinis senior di University of Birmingham mengatakan adanya kebutuhan klinis yang sangat besar akan antibodi jangka panjang untuk melindungi orang yang tidak dapat menerima vaksin. “Sama seperti masa awal pandemi, mereka yang rentan terhadap Covid perlu diprioritaskan dalam uji coba itu.” jelas Lee.
(bbn)