Ruas tol tersebut berada di bawah konsesi PT Pemalang Batang Toll Road (PBTR). Sebesar 60% saham PBTR sendiri dikuasai oleh PT Waskita Toll Road (WTR), yang merupakan anak usaha WSKT.
Sementara, seperti diketahui, PT Metro Pacific Tollways Indonesia merupakan pengendali sekaligus pemegang saham mayoritas META dengan porsi kepemilikan 74,65%. Perusahaan ini adalah entitas dari Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC).
MPTC sendiri merupakan anak usaha Metro Pacific Investments Corporation (MPIC). Sementara, salah satu pemegang saham MPIC adalah First Pacific Company Limited, perusahaan di Hong Kong yang 44,3% sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim.
Baca Juga: 'Dari' Hong Kong, Anthoni Salim Lirik Tol Waskita Karya (WSKT)
Ekspansi Bisnis Tol
Belum lama ini, META membentuk perusahaan patungan joint venture (JV) bersama PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST).
JV tersebut bernama PT Jakarta Metro Ekspressway (JKTMetro) yang akan menggarap Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Cikunir-Ulujami Elevated sepanjang 21,5 kilometer (km). Nilai investasi proyek ini mencapai Rp21,26 triliun.
MMN menguasai sebanyak 85% saham Jakarta Metro Ekspressway. ADHI dan ACST masing-masing memiliki 10% dan 5% saham.
Anthoni Salim bukan pertama kalinya membuat kejutan. Akhir 2022, META melalui anak usahanya, PT Margautama Nusantara (MUN) resmi membeli 40% saham Mohamed Bin Zayed (MBZ) dari PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Nilai transaksinya kala itu mencapai Rp4,38 triliun.
Manuver yang dilakukan Anthoni Salim cukup mengejutkan. Pasalnya, Tol MBZ sebelumnya didorong untuk dijual ke investor Arab. Alih-alih terealisasi, justru konglomerat pemilik Grup Indofood itu yang mengakuisisi Tol MBZ.
Akuisisi Tol MBZ diawali dengan penandatanganan sale purchase agreement (SPA) oleh Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) bersama JSMR pada 30 Juni 2022. Dalam penandatanganan itu juga disepakati mekanisme pembayaran secara bertahap.
Baca juga: Incar Tol Waskita (WSKT), Intip Gurita Bisnis Anthoni Salim
Pertama, senilai Rp 15 miliar dilakukan saat SPA. Kemudian, pembayaran secara tunai senilai Rp 791 miliar dilakukan saat penyelesaian transaksi. Sementara yang sebesar Rp 3,22 triliun juga dibayarkan saat penyelesaian transaksi, namun dalam bentuk promissory note yang diterbitkan MPTC untuk pemilik konsesi MBZ.
MPTC kemungkinan masih mengeluarkan biaya tambahan sekitar Rp 359 miliar. Biaya ini dikeluarkan jika pemerintah melalui Kementerian PUPR menyetujui kenaikan tarif tol.
Pergerakan Saham
Awal bulan ini, Rabu (5/10/2023), volume saham META mendadak tebal. Volume transaksi mencapai 1,32 miliar saham.
Padahal sehari sebelumnya, Selasa (3/10/2023), saham META sama sekali tidak bergerak. Barulah pada perdagangan kemarin, saham kembali bergerak, namun dengan penurunan 10 poin atau setara 3,57% ke level Rp270/saham, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Gerak saham perusahaan milik Anthoni Salim ini belakangan memang di luar kebiasaan. Pada 22 September 2023, volume transaksi bagkan mencapai 1,49 miliar saham. Harga saat itu ada di Rp218/saham.
Pada 20 September, harga juga mendadak lompat 30,39% ke level Rp165/saham. Sehari sebelumnya, harga ada di Rp126/saham.
Volume transaksi juga mendadak tebal, menjadi 891,51 juta saham dari sebelumnya hanya 57,76 juta saham. Frekuensi juga bertambah menjadi 38,433 kali dari sebelumnya hanya 1.062 kali.
Sementara, untuk hari ini, harga saham META naik 12 poin atau setara 5,56% ke level Rp228/saham.
(dhf)