Ini yang kemudian memicu dugaan, penurunan yield SBN kemarin terjadi karena intervensi bank sentral. "Kami duga aksi beli [di pasar SBN kemarin] dilakukan oleh Bank Indonesia, bukan oleh investor asing karena depresiasi rupiah 0,3% dan permintaan di lelang yang rendah," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatannya untuk klien.
Investor asing diperkirakan masih terus melanjutkan aksi jual aset rupiah dan melarikan dananya ke surat utang di pasar negara maju. Terindikasi dari kenaikan indeks harga obligasi negara maju yang masih bergerak di zona hijau.
Lelang SRBI hari ini kemungkinan juga masih belum akan mampu menarik minat yang besar dari pelaku pasar. Dana asing segar yang diharapkan bisa ditarik, agaknya juga masih belum menunjukkan tanda-tanda masuk.
Dalam lelang terakhir pada 6 Oktober, bidding amount tercatat sekitar Rp12,03 triliun. Pada tanggal itu, investor asing juga mencatat jual bersih SBN hingga Rp1,7 triliun.
SRBI sejauh ini memang masih belum berhasil menarik dana segar dari offshore masuk ke sistem domestik yang diharapkan bisa membantu rupiah menghadapi tekanan eksternal.
Yang terlihat sejauh ini, pemodal asing hanya menggeser posisi mereka di SBN, terutama tenor pendek, beralih ke SRBI yang memberikan yield lebih menarik dengan tenor lebih pendek lagi.
Sebagai perbandingan, imbal hasil SUN tenor 2 tahun pagi ini masih lebih rendah dibandingkan imbal hasil dimenangkan dalam lelang SRBI terakhir pekan lalu. Untuk SRBI 12 bulan, misalnya, tenor terpanjang, memberikan yield 6,42%.
Bagi pelaku pasar, tenor lebih pendek akan lebih 'aman' di tengah ketidakpastian yang masih tinggi. Ditambah yield lebih tinggi, itu akan menjadi daya tarik lebih besar.
(rui)