Logo Bloomberg Technoz

Konflik Israel dengan kelompok Hamas di Timur Tengah masih berlangsung. Sejauh ini, hampir 2.000 orang meninggal dunia dalam pertempuran tersebut.

Ada kemungkinan konflik ini akan melibatkan negara lain. Iran ditengarai menyokong Hamas dan terlibat dalam serangan ke Israel.

Jika terbukti, maka sanksi terhadap Iran akan kembali diperketat. Bisa saja Amerika Serikat (AS), sekutu Israel, kembali melarang pembelian minyak Iran. Ini akan membuat pasar minyak dunia yang sudah ketat menjadi kian ketat.

“Risiko perang meluas menjadi kekhawatiran utama,” tulis catatan ANZ Group Holdings, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Analisis Teknikal

Dari pendekatan teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), minyak sejatinya masih bearish. Untuk Brent, saat ini Relative Strength Index (RSI) ada di 44,28.

RSI di bawah 50 menandakan suatu aset tengah dalam posisi bearish.

Oleh karena itu, kemungkinan harga Brent akan mengalami koreksi. Apalagi jika kemudian sentimen gesekan di Timur Tengah sudah mereda.

Target koreksi terdekat adalah US$ 88,67/barel. Jika tertembus, maka ada risiko turun lagi menuju US$ 86,45/barel.

Sedangkan target kenaikan terdekat adalah US$ 89,04/barel. Penembusan di titik ini bisa membawa harga Brent naik ke US$ 91,53/barel.

Untuk WTI, skor RSI ada di 47,28. Seperti Brent, masih di teritori bearish. Ini membuat risiko koreksi meningkat.

Target koreksi terdekat ada di US$ 84,7/barel. Jika tertembus, maka harga WTI bisa turun lagi menuju US$ 79,37/barel.

Sementara target kenaikan terdekat adalah US$ 86,83/barel. Jika tertembus, maka harga WTI bisa naik lagi ke US$ 88,78/barel.

(aji)

No more pages