Hal itu berhasil mengalihkan fokus investor dari ketidakpastian pembayaran yang semakin tak terhindarkan menuju restrukturisasi utang yang besar kemungkinan terjadi.
Perusahaan konstruksi lainnya, China Evergrande Group, juga semakin berisiko dilikuidasi di tengah ketidakpastian tentang restrukturisasi mereka sendiri. Masalah pada para pengembang properti ini menegaskan perlunya Beijing mengambil tindakan lebih kuat untuk mendukung mesin pertumbuhan utama mereka ini di saat penjualan rumah terus merosot.
Pernyataan terbaru dari Country Garden "dapat memberikan tekanan kepada pemegang obligasi luar negeri untuk menyetujui proposal restrukturisasi yang akan datang," kata Ting Meng, strategis kredit senior di Australia & New Zealand Banking Group.
"Perusahaan ini jelas masih dalam krisis likuiditas dengan banyak proyek yang belum selesai dan akses terbatas untuk pembiayaan baru."
Sebagai cerminan dari bagaimana masalah utang Country Garden memengaruhi kepercayaan calon pembeli rumah terhadap perusahaan tersebut, pada Selasa, perusahaan tersebut mengumumkan bahwa penjualan yang telah dikontrak pada bulan September turun 81% dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut semakin melaju dalam beberapa bulan terakhir, dengan penurunan 72% di bulan Agustus mengikuti penurunan lebih dari 50% pada bulan Juni dan Juli.
Saham Country Garden turun 11% di Hong Kong pada Selasa, mengikuti penurunan 6,7% pada sesi sebelumnya. Indeks Bloomberg Intelligence mengenai saham properti China juga turun 2% pada Selasa.
Country Garden, yang telah menjadi simbol krisis utang properti China secara keseluruhan, mengatakan bahwa mereka belum melakukan pembayaran utang sebesar HK$470 juta (US$60 juta).
Perusahaan itu melewati batas waktu awal bulan lalu untuk membayar bunga sebesar US$55,4 juta pada dua obligasi dolar, dan masa tenggang waktu masing-masing akan berakhir pada tanggal 17-18 Oktober dan 27 Oktober. Menurut data yang dikompilasi oleh Bloomberg, mereka memiliki utang luar negeri sebesar US$11 miliar.
(bbn)