Menurut Hery, hal ini dipengaruhi oleh perubahan perilaku nasabah yang berpindah ke digital akibat pandemi. “Kondisi ini tentunya kami imbangi dengan peningkatan kualitas keamanan. Jadi, IT security juga penting buat kita,” tambahnya.
Lebih lanjut, Hery mengatakan bahwa segmen bisnis wealth management juga bertumbuh dengan baik dengan jumlah fund under management (FUM) sebesar 18,9% menjadi sekitar Rp 60,3 triliun dari Rp 50,7 triliun di 2021. Total nasabah prioritas juga melonjak 25,8% dari 43.000 di tahun 2021 menjadi 54.300 di akhir tahun lalu.
Secara umum, Hery memaparkan, perbankan syariah juga mencatatkan kinerja yang tinggi di tahun lalu. Pada Oktober 2022, katanya, aset perbankan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 14,52% yoy, pembiayaan tumbuh sebesar 18,29% yoy, dan DPK mengalami pertumbuhan 15,47%.
“Hal ini menunjukkan resiliensi daya tahan perbankan syariah yang kuat di tengah dinamika perekonomian selama tahun 2022,” lanjutnya.
(tar/wep)