Logo Bloomberg Technoz

Investor khawatir konflik Timur Tengah menambah besar risiko yang tengah dihadapi pasar saat ini, di samping perang Rusia-Ukraina, kenaikan suku bunga, dan juga kekhawatiran inflasi.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, di pasar komoditas, harga minyak mentah naik lebih dari 4% seiring konflik Israel-Hamas memasuki hari ketiga. Konflik ini terjadi di depan pintu wilayah yang memproduksi minyak mentah bagi kebutuhan dunia. 

“Jika negara-negara barat secara resmi menghubungkan keterlibatan dinas intelijen Iran dengan serangan Hamas, maka pasokan minyak dari Iran akan menghadapi risiko embargo,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Di lain sisi, investor juga mencermati komentar dovish dari sejumlah pejabat tinggi bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) bahwa mereka mungkin saja akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan mereka di awal November nantinya karena lonjakan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury) telah membuat memperoleh pinjaman lebih mahal dan dapat mendinginkan inflasi tanpa tindakan lebih lanjut. 

Atas sentimen tersebut, para pelaku pasar melihat 86% peluang Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan pada bulan depan, naik tajam dari sebelumnya 72,9% peluang pada Jumat kemarin.

“Investor tidak menyukai suku bunga tinggi karena akan memberi tekanan atas harga saham dan harga instrumen investasi lain. Suku bunga tinggi juga membuat lebih mahal bagi korporasi dan rumah tangga untuk meminjam uang yang dapat berujung pada perlambatan aktivitas ekonomi,” tulis riset tersebut.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, komentar dari pejabat Federal Reserve makin memperkuat spekulasi bahwa Bank Sentral tersebut menuju keputusan untuk menghentikan kenaikan suku bunga.

Gubernur The Fed Atlanta, Raphael Bostic, mengatakan bahwa kebijakan saat ini sudah cukup ketat untuk mengendalikan inflasi menuju target 2%.

"Ini menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan telah mulai mengakui bahwa kecil kebutuhan untuk tindakan kenaikan lebih lanjut mengingat kondisi keuangan telah kencang secara signifikan setelah lonjakan imbal hasil Treasury baru-baru ini," kata Ben Jeffery dari BMO Capital Markets pada kesempatan terpisah.

Dari dalam negeri, pertumbuhan penjualan eceran atau ritel RI pada Agustus melambat menjadi hanya 1,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) setelah kenaikan sebesar 1,6% pada Juli sebelumnya, perlambatan terutama terjadi pada sektor makanan. Namun, terdapat peningkatan signifikan dalam penjualan pakaian dan pemulihan penjualan bahan bakar.

Meski tumbuh, ini adalah yang terendah sejak Mei atau dalam kurun waktu 3 bulan.

Sementara untuk pencapaian September, IPR diperkirakan hanya tumbuh sebesar 1% yoy. Jika kenyataan dan terjadi, maka akan menjadi yang terlemah dalam 4 bulan.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,5% ke 6.922 disertai dengan munculnya volume pembelian, namun kembali ditutup tertahan oleh MA-60. 

“Pergerakan IHSG saat ini diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii), sehingga pergerakan IHSG masih rawan terkoreksi untuk menguji rentang area 6.747-6.820 sekaligus menguji MA200,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (11/10/2023).

Herditya juga memberikan catatan, apabila IHSG masih kuat bergerak di atas 6.840 sebagai support terdekatnya, maka cermati kembali rentang area 6.940-6.970 sebagai area penguatannya.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut ENRG, PGEO, PTPP dan TLKM.

Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi melanjutkan tren fluktuatif di atas support 6.900 pada perdagangan Rabu (11/10) hari ini.

“IHSG menguji pivot area 6.930-6.950 di Selasa (10/10). IHSG diperkirakan bergerak fluktuatif pada kisaran support 6.900 dan batas atas pivot 6.950 di Rabu (11/10),” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan untuk mencermati peluang rebound lanjutan pada saham-saham blue chip, termasuk BBRI, TLKM, TOWR, ESSA, MEDC dan EXCL.

(fad/ggq)

No more pages