Guna mengatasi isu lain terkait dengan oversuplai listrik PT PLN (Persero) Bhima menilai kebijakan yang ditempuh pemerintah seharusnya menyasar maslah di hulu kelistrikan nasional, bukan dengan bagi-bagi rice cooker ke rumah tangga miskin.
“Tidak pengaruh. Harusnya kalau mendorong konsumsi listrik, ya daya beli masyarakatnya didorong, industri manufakturnya didorong, sehingga mereka akan menggunakan listrik lebih banyak,” ujarnya.
Dia pun pesimistis kebijakan hibah rice cooker tersebut akan berkelanjutan. “Jadi ini kebijakan yang ujungnya kayaknya akan berakhir seperti [hibah] kompor listrik pada September 2022 yang dibatalkan.”
Di dalam penjelasan resmi Kementerian ESDM, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P. Hutajulu mengatakan program itu sejatinya dimaksudkan untuk menjamin akses energi bersih yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan bagi sektor rumah tangga.
“Selain itu, program ini bertujuan mengurangi impor LPG yang digunakan untuk memasak, meningkatkan konsumsi listrik per kapita, serta mendukung teknologi memasak yang lebih bersih," ujar Jisman, Senin (9/10/2023).
Menurut Jisman, program tersebut dapat menaikkan konsumsi listrik sekitar 140 GWh atau setara dengan kapasitas pembangkit 20 MW. Tidak hanya itu, program tersebut diyakini menghemat LPG sekitar 29 juta kilo atau setara dengan 9,7 juta tabung LPG bersubsidi 3 kg.
"Program ini akan bermanfaat kepada pelanggan yang dapat menurunkan biaya sebagian memasak yang sebelumnya menggunakan LPG. Untuk pemerintah, program ini dapat mengurangi subsidi impor LPG 3 kg yang digunakan untuk memasak. Bagi PLN, program ini dapat meningkatkan penjualan listrik," imbuh Jisman.
Jisman juga menyampaikan bahwa target rumah tangga penerima AML adalah pelanggan PLN atau PLN Batam berdaya 450 VA s.d. 1.300 VA yang berdomisili di daerah tersedia listrik 24 jam menyala, rumah tangga tersebut tidak memiliki alat masak listrik atau AML.
"Alat memasak listrik ini harus memiliki kandungan dalam negeri yang dibuktikan dengan sertifikat TKDN, sesuai Standar Nasional Indonesia [SNI], dan memiliki label hemat energi. Spesifikasi AML yang akan didistribusikan antara lain berfungsi minimal memasak nasi, menghangatkan, dan mengukus dengan kapasitas sebesar 1,8—2,2 liter," sebut Jisman.
Lebih jauh, Jisman menyampaikan rice cooker yang dibagikan dalam program ini akan disematkan stiker yang bertuliskan "Hibah Kementerian ESDM" dan "Tidak untuk diperjualbelikan".
(wdh)